Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja sektor manufaktur diperkirakan akan kembali mengalami tekanan pada kuartal III/2021 sejalan dengan implementasi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang masih berlanjut hingga Agustus ini.
Kepala Center of Industry, Trade, and Investment Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menyampaikan hal ini telah tercermin dari PMI manufaktur yang anjlok ke level 40,1 pada Juli 2021.
Andry bahkan memperkirakan PMI manufaktur berpotensi kembali mengalami penurunan pada Agustus 2021. “Pada masa PSBB [pembatasan sosial berskala besar] tahun lalu, penurunan PMI sangat tajam, ini kembali terjadi ketika varian delta merebak,” katanya, Jumat (6/8/2021).
Dia menjelaskan, sektor manufaktur tidak cukup kuat menahan tekanan yang ditimbulkan ketika diberlakukan PPKM darurat dan saat ini PPKM level 3-4.
“Kondisi pabrik akan sulit, pasti bisnisnya terganggu ketika ada pembatasan tersebut. Jadi yang paling terkena dampaknya adalah industri padat karya yang memiliki tenaga kerja yang cukup besar,” jelasnya.
Menurutnya, perbaikan kinerja pada sektor ini baru akan terlihat pada akhir Agustus 2021. Namun, hal ini juga sangat bergantung pada keberhasilan penanganan Covid-19, terutama varian delta.
Adapun, BPS mencatat industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang tinggi dan menjadi kontributor terbesar pada pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021.
Kinerja industri pengolahan pada kuartal II/2021 tumbuh sebesar 6,58 persen secara tahunan, terutama didorong oleh peningkatan kinerja di subsektor industri alat angkutan sebesar 45,7 persen.