Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef Sebut Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Bisa Lampaui 7,07 Persen, Jika...

Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 dinilai tidak lebih dari 7,07 persen karena pengelolaan konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2021 yang tidak optimal.
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai bahwa pertumbuhan ekonomi kuartal II/2021 sebenarnya bisa melampaui 7,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Menurut Tauhid, hal tersebut tidak tercapai karena pengelolaan konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2021 yang tidak optimal atau didorong menjadi lebih tinggi. Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga di kuartal kedua tahun ini mencapai 5,93 persen (yoy).

Tauhid menilai meskipun tumbuh positif, seperti sektor lainnya, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB mencapai 55,07 persen, atau tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

“Saya lihat harusnya [pertumbuhan PDB] bisa lebih dari 7 persen. Ini yang kita bedah. Kalau kita lihat seperti ini, meskipun konsumsi rumah tangga [tumbuh] 5,93 persen, tapi dengan kontribusi 55 persen [terhadap PDB] ini cukup miris,” jelas Tauhid pada konferensi pers virtual “Waspada Gelombang 2 Pemulihan Ekonomi: Tanggapan Kinerja Ekonomi Triwulan II-2021”, Jumat (6/8/2021).

Dia menyebut peningkatan konsumsi rumah tangga pada kuartal II/2021, hanya dinikmati segelintir kalangan saja. Dalam hal ini, hanya kelompok pendapatan kelas menengah ke atas saja yang menikmati peningkatan konsumsi rumah tangga selama tiga bulan yang lalu. Adapun, konsumsi yang dilakukan adalah belanja barang tahan lama atau durable goods, seperti kendaraan dan rumah (properti).

Sementara, konsumsi rumah tangga dari kelompok pendapatan menengah ke bawah dengan penghasilan di bawah Rp5 juta, cenderung menurun pada periode waktu yang sama.

“Ini artinya bahwa yang menikmati atau mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi adalah kelompok pendapatan menengah ke atas dan mereka banyak membelanjakan untuk barang-barang yang sifatnya durable goods sepeti kendaraan, perumahan, dan sebagainya. Ini saya kira gap-nya masih terjadi. Ini harusnya bantuan sosial bisa mengurangi gap, atau menggantikan kekurangan atau penurunan pendapatan akibat [pandemi] Covid-19,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper