Bisnis.com, JAKARTA - Meski perekonomian Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang tinggi pada kuartal II/2021 sebesar 7,07 persen, Badan Pusat Statistik menyatakan capaian tersebut belum kembali ke level prapandemi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyampaikan selain dikarenakan pemulihan ekonomi, pertumbuhan yang tinggi pada periode tersebut didorong oleh efek dari basis pertumbuhan yang rendah (low-based effect) pada kuartal II/2020.
Karena itu, dia mengatakan kondisi ekonomi Indonesia masih belum kembali ke kondisi normal, sebelum terjadinya pandemi Covid-19, meski mengalami perbaikan dan pertumbuhan yang tinggi pada kuartal kedua.
“Itu mengindikasikan ekonomi Indonesia sudah membaik, namun catatan saya meski sudah tumbuh positif, sudah ada perbaikan, namun belum kembali ke kondisi ekonomi sebelum pandemi Covid-19,” katanya dalam konferensi pers virtual, Kamis (4/8/2021).
Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2021 pun mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 3,31 persen (quarter-to-quarter/qtq).
“Jadi perbaikannya sudah ada, tapi pencapaiannya belum sama seperti kondisi normal,” jelasnya.
Baca Juga
Dari 17 lapangan usaha, BPS mencatat seluruh sektor tumbuh positif, tertinggi sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 25,10 persen secara tahunan.
Namun, pendorong terbesar pertumbuhan pada kuartal II/2021 adalah sektor industri pengolahan yang tumbuh sebesar 6,58 persen yoy. Pertumbuhan tersebut didorong oleh eeningkatan kinerja di subsektor industri alat angkutan sebesar 45,7 persen.
“Ini didukung adanya permintaan kendaraan bermotor sebagai dampak dari kebijakan pemerintah yang memberikan insentif PPnBM,” jelasnya.
Di samping itu, konsumsi rumah tangga dan investasi juga berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi periode tersebut. Kedua sektor ini menyumbang porsi 84,93 persen pada pertumbuhan ekonomi.