Bisnis.com, JAKARTA - Qantas Airways Ltd. merumahkan 2.500 pekerja tambahan karena kontrol perbatasan negara bagian di dalam Australia untuk membendung wabah Covid-19 telah menghancurkan perjalanan udara.
Maskapai itu mengatakan bahwa mereka mengharapkan penerbangan masuk dan keluar dari Sydney di negara bagian New South Wales - yang tengah memerangi wabah virus terbesarnya - akan ditutup setidaknya selama dua bulan lagi. Ini artinya lebih panjang dari batas akhir lockdown tanggal 28 Agustus.
“Kami sekarang dihadapkan pada periode pengurangan penerbangan yang diperpanjang,” kata Chief Executive Officer Alan Joyce dalam pernyataannya.
"Ini akan memakan waktu beberapa minggu setelah wabah terkendali sebelum negara bagian lain membuka ke New South Wales dan perjalanan normal dapat dilanjutkan."
Pengumuman tersebut membuat total staf yang cuti di Qantas menjadi 9.500, termasuk sekitar 7.000 di bisnis internasional maskapai. Wabah terbaru telah membuat pemulihan Qantas dari pandemi menjadi terbalik ketika pihak berwenang bergulat dengan varian delta yang sangat menular.
Qantas dan unit berbiaya rendah Jetstar telah beroperasi mendekati tingkat pra-pandemi pada Mei, sebelum penguncian di tiga negara bagian Australia memangkas penerbangan domestik menjadi kurang dari 40 persen dari volume normal pada Juli lalu.
Baca Juga
Pekerja yang dirumahkan, atau cuti, tetap menjadi karyawan Qantas tetapi tidak akan dibayar gaji. Tenaga kerja maskapai saat ini sekitar 22.000 pekerja.