Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh negatif jika pandemi Covid-19 belum terkendali hingga kuartal IV/2021.
Dia memproyeksikan ekonomi hingga akhir 2021 akan tumbuh pada kisaran -0,5 persen hingga 2 persen. Bahkan, kemungkinan terburuknya, resesi ekonomi diperkirakan akan kembali terjadi pada akhir tahun.
“Ini mempertimbangkan faktor downside risk akibat lambatnya pemulihan ekonomi karena pandemi,” katanya kepada Bisnis, Rabu (28/7/2021).
Menurutnya, pemulihan ekonomi juga bergantung pada seberapa cepat vaksinasi dilakukan dan seberapa cepat anggaran belanja pemerintah direalisasikan di sisa kuartal ke III dan IV.
“Waktu tidak banyak, jika PPKM berlanjut di kuartal ke IV tentu seluruh variabel ekonomi akan melemah, khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi,” jelasnya.
Pasalnya, konsumsi domestik yang merupakan pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi akan mengalami tekanan karena daya beli masyarakat yang kembali melemah setelah terjadi pemulihan semu di semester I/2021.
Masyarakat kelas menengah dan atas pun masih memutuskan untuk menunda belanja akibat kembali diberlakukannya pembatasan mobilitas.
Sementara, meski ada peluang pertumbuhan dari dorongan ekspor karena permintaan negara seperti China dan Amerika Serikat naik, tetapi pertumbuhan ekonomi global juga tidak setinggi perkiraan awal.
Dia mengatakan, bayangan Covid-19 varian delta menjadi penghambat pertumbuhan di negara tujuan ekspor utama Indonesia, juga tidak sedikit negara yang kembali memberlakukan lockdown lonjakan kasus Covid-19, terutama varian delta.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 3,4 persen tahun ini jika pembatasan mobilitas ketat diperpanjang lagi hingga akhir Agustus.
“Apabila setelah bulan Agustus masih diperpanjang, baru akan ada perubahan terhadap proyeksi kami,” jelasnya.