Bisnis.com, JAKARTA — Tahun ini pemerintah menargetkan akan meraup realisasi investasi sebesar Rp900 triliun. Namun, hingga paruh pertama tahun ini capaianya masih berkisar 49,2 persen atau senilai Rp442,8 triliun.
Kendati masih dianggap terlalu dini dan faktor pandemi yang masih penuh ketidakpastian, kalangan usaha masih menilai peluang tercapaianya target realisasi investasi tahun ini masih akan tinggi.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan peluang tercapai realisasi investasi tersebut tentu dengan diiringi asumsi tren penurunan kasus Covid-19 yang melandai dalam waktu dekat seiring dengan peningkatan kegiatan vaksinasi.
"Intinya, selama pandemi bisa dikendalikan dan dipertahankan tren penurunannya, kami sangat positif target penerimaan investasi bisa dikejar secara maksimal," katanya kepada Bisnis, Selasa (27/7/2021).
Shinta menyebut selain pengendalian pandemi yang harus terus didorong untuk mencapai target realisasi investasi adalah peningkatan fasilitas investasi secara realtime dan online. Hal itu mengingat belum ada yang tahu kapan kepastian pandemi ini berakhir.
Menurutnya, salah satu cara dengan memperkuat sistem OSS atau online single submission yang sudah dicanangkan dalam UU Cipta Kerja di seluruh Indonesia agar semakin membantu proses realisasi investasi dari dalam dan luar negeri.
Baca Juga
Prinsipnya, lanjut Shinta, penguatan dan peningkatan vaksinasi, reformasi struktural, dan reformasi birokrasi guna menambah daya saing iklim investasi harus tetap dilakukan seiring dengan upaya promosi investasi nasional di luar negeri.
"Dengan demikian, kita bisa memacu penerimaan investasi secara maksimal meskipun dengan constraints yang ada sepanjang pandemi ini," ujar Shinta.
Sementara itu, kinerja industri manufaktur selama pandemi Covid-19, khususnya di semester I/2021, tercatat bertahan bahkan tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19. Hal tersebut terlihat dari Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur berdasarkan survei IHS Markit yang menunjukkan pertumbuhan ekspansif dari Januari hingga Juni 2021. Namun terjadi sedikit perlambatan pada Juni 2021, dari level 53,5 menjadi 55,3.
Hal tersebut juga didukung oleh angka pertumbuhan Prompt Manufacturing Index oleh Bank Indonesia (BI) yang sempat berada di level ekspansif atau di atas 50 pada kuartal I dan II di 2021, meskipun mengalami sedikit pelambatan di kuartal III atau turun ke level 49,9.