Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan mampu menyelesaikan pembangunan Jembatan Sei Alalak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada September 2021. Saat ini, konstruksi jembatan sepanjang 850 meter itu telah mencapai 90,3 persen.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan bahwa keberadaan jalan nasional dan jembatan diharapkan dapat mendukung kegiatan ekonomi kawasan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
“Keberadaan Jalan Lintas Kalimantan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan di sekitarnya, dimana jalan tersebut melewati area perkebunan, seperti sawit, karet, dan pertambangan. Jadi akan mempercepat transportasi logistik,” katanya melalui keterangan resmi, Kamis (15/7/2021).
Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Selatan Syauqi Kamal mengatakan, saat ini pekerjaan pondasi dan jembatan pendekat, berupa struktur pileslab telah sepenuhnya rampung.
“Pada sisa masa pelaksanaan pekerjaan tahun ini, kami fokus pada penyelesaian pekerjaan struktur di bentang utama jembatan, pekerjaan jalan akses dan frontage, serta pekerjaan minor lainnya. Masa pelaksanaan pekerjaan fisik akan berakhir pada tanggal 15 September 2021 dengan masa pemeliharaan selama 2 tahun,” ujarnya.
Syauqi menambahkan, pihaknya akan melaksanakan laik fungsi dan uji laik fungsi jalan di Jembatan Sei Alalak sebelum dioperasionalkan. Kegiatan itu dilakukan untuk memastikan kondisi dan keamanan jembatan dapat dilalui oleh kendaraan sesuai dengan peruntukannya.
Jembatan Sei Alalak sendiri dibangun untuk menggantikan Jembatan Kayu Tangi 1 yang telah berusia 30 tahun dan menjadi jalur utama akses Kota Banjarmasin dengan berbagai wilayah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Penggantian jembatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas jaringan jalan di Kalimantan Selatan yang berdampak pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Di tengah Pandemi COVID-19, proses konstruksi diupayakan tetap berlangsung agar pelaksanaan penggantian Jembatan Sei Alalak yang menghubungkan Kota Banjarmasin—Kabupaten Barito Kuala, sekaligus menjadi ikon baru Kalimantan Selatan itu dapat diselesaikan tepat waktu.
Bentang utama jembatan Sei Alalak dirancang dengan menggunakan cable-stayed dan struktur jembatan lengkung yang pertama kali digunakan di Indonesia.
Pengerjaan Jembatan Sei Alalak menggunakan dana dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) 2018—2021 senilai Rp278 miliar, dengan kontraktor PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. - PT Pandji, KSO dengan skema pekerjaan tahun jamak.
Pembangunan Jembatan Sei Alalak juga didesain untuk dapat dilintasi kendaraan dengan tonase maksimal 10 ton, lebih kuat dari struktur jembatan lama Kayu Tangi 1 yang berasal dari rangka baja kelas B dengan kemampuan menahan beban kurang dari 8 ton.
Selain itu, pihaknya juga telah memperhitungkan kekuatan jembatan ini dengan konstruksi tahan gempa, dan masa layanan hingga 100 tahun.
Lingkup pekerjaan pembangunan jembatan itu meliputi bentang utama dengan struktur cable-stayed sepanjang 130 meter, jembatan pendekat yaitu struktur pileslab 125 meter, dan oprit jembatan dengan panjang 425 meter.