Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taktik untuk Peritel yang Ingin Gaet Konsumen Kala Covid-19 Melonjak

Supermarket dan hypermarket makin kehilangan daya tarik seiring terbatasnya operasional pusat perbelanjaan dan hilangnya alasan pengunjung untuk berekreasi.
suasana di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
suasana di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Ritel modern format supermarket dan hypermarket diperkirakan masih menghadapi tekanan pada kuartal III/2021. Pelaku usaha ritel format besar bisa menjajal model ritel format lebih kecil yang cenderung masih diminati masyarakat di tengah lonjakan kasus Covid-19.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan format minimarket memiliki keunggulan karena masyarakat cenderung memilih lokasi belanja yang mudah dijangkau dengan tawaran produk yang lengkap. Keunggulan ini tidak bisa dinikmati ritel format besar yang berlokasi di pusat perbelanjaan dan tidak dekat dengan pemukiman masyarakat.

“Format minimarket makin digandrungi oleh masyarakat karena menawarkan produk yang relatif lengkap dan sesuai kebutuhan yang dibandingkan dengan pasar swalayan di mal. Jaraknya pun lebih dekat dengan pemukiman, dengan biaya parkir yang relatif lebih murah,” kata Bhima, Minggu (11/7/2021).

Sementara itu, Bhima mengatakan supermarket dan hypermarket makin kehilangan daya tarik seiring terbatasnya operasional pusat perbelanjaan dan hilangnya alasan pengunjung untuk berekreasi.

“Pasar swalayan modern di mal outlook-nya masih mengalami tekanan sampai kuartal III/2021. PPKM darurat membuat masyarakat menunda bepergian ke mal. Fungsi mal sebagai tempat hiburan keluarga juga berkurang drastis selama adanya pembatasan sosial,” paparnya.

Meski demikian, Bhima menilai pelaku usaha di format supermarket dan hypermarket bisa mulai menjajal bisnis di format yang lebih kecil. Dia menilai prospek di luar Jabodetabek untuk pemain baru cukup positif di tengah dominasi merek tertentu.

“Peluang minimarket masih terbuka. Di kawasan Jakarta bermunculan Family Mart dan Halal mart yang bisa bersaing dengan Indomaret dan Alfamart. Di luar Jabodetabek, masih mungkin pemain hypermarket lakukan investasi di segmen minimarket,” kata dia.

Kebijakan pembatasan mobilitas telah berimbas negatif kepada format supermarket dan hypermarket, terutama untuk gerai yang berlokasi di pusat perbelanjaan. Sebagai contoh, Hero Group yang mengoperasikan ritel Hero dan Giant mencatat penurunan penjualan sampai 33 persen menjadi sekitar US$418 juta dibandingkan dengan 2019.

Hal serupa juga terjadi pada PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA), perusahaan pengelola Hypermat, Hymart, Foodmart, dan Primo Supermarket, yang penjualannya turun 22 persen menjadi US$462 juta. Perusahaan juga mempertimbangkan toko format hypermarket ke toko yang lebih kecil yang dekat dengan pemukiman penduduk jika merujuk pada laporan Retail Foods yang dirilis Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper