Bisnis.com, JAKARTA — PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) masih melakukan subsidi tarif logistik bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah timur Indonesia supaya distribusi ke wilayah barat dapat berjalan optimal.
VP Marketing JNE Eri Palgunadi memberikan gambaran persoalan tingginya biaya logistik di Indonesia. Namun, tekannya, kasus logistik di Indonesia memang tidak bisa dibandingkan dengan di Malaysia yang dari struktur geografis didominasi oleh transportasi darat.
Menurutnya, negara yang persoalan logistiknya mirip dengan Indonesia adalah Filipina. Negara mutiara laut, sebutnya memiliki pengembangan infrastruktur di wilayah utara yang lebih matang ketimbang di bagian selatan. Serupa, tekannya, konektivitas infrastruktur di bagian barat Indonesia juga lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayah timur.
Terkait distribusi di wilayah timur Indonesia, JNE mampu mengangkut 5 ton paket per harinya dari Jakarta ke Bali. Moda transportasi yang dimanfaatkan pun tak hanya pesawat tapi juga darat berkat mulai tersambungnya jalan tol.
“Ke timur dari Mataram semakin sulit, menantang. Jadi kami punya strategi yang bisa kami bagikan adalah bagaimana mengatasi biaya logistik agar harga jualnya ke end user nggak tinggi. Kalau menggunakan harga ideal menggunakan semua komponen dipastikan ongkir tiga kali empat kali jadi lebih tinggi dari harga produk. Jadi yang kita lakuakn subsidi cost agar UKM wilayah timur punya daya saing” ujarnya, Rabu (7/7/2021).
Baca Juga : PPKM Darurat, Operasional JNE Berjalan Normal |
---|
Terkait distribusi di wilayah timur ini, JNE, sejauh ini baru dapat kompetitif di beberapa kota. Sebut saja, Kupang dan Atambua, sisanya harus mengandalkan pesawat perintis atau kapal laut.
Sementara itu JNE sebagai perusahaan logistik telah mengalami tiga kali masa krisis, yaitu pada 1998, 2008, dan 2020. Namun , dia meyakini yang masa krisis justru bisa menjadi memperkuat struktur logistik dari perusahaan. Termasuk pada masa pandemi Covid-19 saat ini.
Dia menceritakan, pada krisis 1998 perusahaan melakukan antisipasi dengan sistem keagenan. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan selaras dengan perusahaan yang membutuhkan banyak jaringan untuk menjangkau berbagai pelosok wilayah di Indonesia.
Selanjutnya, pada krisis 2008 mereka melihat industri logistik bergerak menuju digitalisasi sehingga perusahaan memetakan klaster dan membangun sebuah jaringan. Khususnya, pada melalui tiga pilar utama yaitu platform dagang elektronik (e-commerce), gerbang pembayaran digital, dan logistik.
“Pada akhirnya logistik mengacu pada tiga hal utama, yaitu bagaimana mengambil barang dengan baik, melakukan transportasi barang, dan proses pengiriman hingga ke end-user,”imbuhnya.
JNE mengklaim saat ini ada peningkatan kiriman per tahun 30–40 persen. Kemudian, perseroan juga telah memiliki lebih dari 7000 jaringan, dan lebih dari 50.000 pekerja dengan lebih dari 11.000 armada.