Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mencatatkan kerugian Rp303,4 miliar selama kuartal I/2021. Kinerja tersebut berkebalikan dengan periode yang sama tahun lalu ketika perseroan membukukan keuntungan Rp281,9 miliar.
VP Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan kerugian tersebut murni karena dampak dari pandemi Covid-19. Pasalnya, selama pandemi jumlah penumpang menurun secara drastis.
"Sebagai contoh pada masa normal itu perjalanan kereta api Jakarta-Bandung lebih kurang 40 perjalanan per hari. Di masa pandemi sampai dengan saat ini, itu belum pulih. Dari 40 perjalanan itu sekarang rata-rata baru 4-6 saja per harinya," katanya kepada Bisnis, Minggu (20/6/2021).
Menurutnya, jumlah penumpang koridor Jakarta-Bandung ini masih sangat terdampak sehingga KAI tidak bisa menjalankan kereta api yang banyak seperti masa sebelum pandemi. "Ini sebenarnya ilustrasi ya bagaimana memang kerugian tersebut pure disebabkan dampak Covid-19."
Sebelum pandemi atau pada triwulan I/2020, KAI grup melayani 90,7 juta pelanggan kereta api atau rata-rata 30,2 juta pelanggan perbulannya.
Namun semasa pandemi atau April sampai dengan Desember 2020, KAI grup melayani total 94 juta pelanggan kereta api, atau rata-rata 10,5 juta pelanggan per bulan. Jumlah tersebut turun 65 persen jika dibandingkan triwulan pertama 2020.
Baca Juga
Kendati begitu dia menegaskan KAI akan terus berupaya mengoptimalkan pendapatan dari berbagai sisi agar bisa tetap bertahan pada masa pandemi Covid-19.
"Kalau kita berkaca dengan yang kemarin bahwa itu fakta bahwa memang pada laporan tersebut bahwa triwulan I/2021, KAI mengalami kerugian sekitar Rp300 miliar lebih kurang. Nah tentu kami tidak ingin berlarut seperti itu," imbuhnya.