Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Operator Bus Belum Beranjak dari Keterpurukan

Lembaga pembiayaan tidak bisa lagi memberi kebijakan restrukturisasi karena permasalahan mereka terhadap pemberi dana.
Suasana sepi di area keberangkatan antar kota Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Jumat (24/4/2020). Pengelola Terminal Pulogebang menutup operasional layanan bus antar kota antar provinsi (AKAP) mulai 24 April 2020, setelah berlakunya kebijakan larangan mudik dari pemerintah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Suasana sepi di area keberangkatan antar kota Terminal Pulo Gebang, Jakarta, Jumat (24/4/2020). Pengelola Terminal Pulogebang menutup operasional layanan bus antar kota antar provinsi (AKAP) mulai 24 April 2020, setelah berlakunya kebijakan larangan mudik dari pemerintah. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA Operator bus bakal menghadapi kondisi yang semakin sulit pada semester II/2021 dari pembiayaan nonbank.

Direktur Utama PO SAN Kurnia Lesani Adnan mengatakan bahwa saat ini pihaknya sudah diminta oleh lembaga pembiayaan untuk segera membayar bunga yang tertunda.

Lembaga pembiayaan, lanjutnya, juga tidak bisa lagi memberi kebijakan restrukturisasi karena permasalahan mereka terhadap pemberi dana.

Tak hanya dengan tak adanya lagi kebijakan restrukturisasi, saat ini persaingan di antara para operator bus juga sudah semakin ketat lantaran ingin meningkatkan jumlah penumpang.

"Terus terang kami saat ini antaroperator semakin keras persaingan di lapangan, bahkan sudah saling cakar. Operasi di lapangan juga sudah sering bentrok sehubungan berebut penumpang. Nah, hal ini kalau dibiarkan akan timbul masalah sosial lainnya," ujarnya, Kamis (10/6/2021).

Sejauh ini, dia menjelaskan bahwa perusahaannya pada kuartal I/2021 masih mengalami kinerja yang negatif. Salah satunya karena penyetopan operasi yang cukup berdampak terhadap operator.

Terutama, kata kurnia, untuk operator bus pariwisata sampai saat ini semakin miris keadaannya karena masyarakat masih takut untuk berwisata menggunakan bus dan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi masing-masing.

Menurutnya, penurunan pendapatan untuk pelaku bus antarkota antarprovinsi  (AKAP) kalau dibandingkan dengan pada 2019 menyentuh ke level 60 persen. Namun, dia tak mau menyebutkan secara spesifik angkanya.

Namun, kondisi pada 2021 ini jika dibandingkan dengan kondisi pada 2020 justru lebih baik. Bahkan rata-rata mengalami penaikan hingga 40 persen. Hal tersebut dikarenakan kebijakan penyetopan operasi  AKAP pada 2020 lalu lebih lama.

"Kami berharap pemerintah pada semester II/2021 lebih baik lagi dalam penanganan atau pengetatan Covid-19. Kami berharap pemerintah mengeratkan pergerakan orang dengan kendaraan pribadi ketimbang angkutan umum dengan angkutan umum dikuatkan pengendalian prokesnya saja agar tidak menyebabkan peningkatan Covid-19 seperti yang prediksikan pada saat momen liburan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper