Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menilai harga batu bara masih berpeluang untuk melanjutkan penguatan. Pergerakan harga batu bara acuan (HBA) terus menguat dan melesat ke angka US$100,33 per ton pada Juni 2021.
Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengaku sulit untuk memproyeksi pergerakan harga batu bara dalam beberapa bulan mendatang. Namun, dia tak menutup kemungkinan penguatan harga batu bara selama 2 bulan terakhir ini dapat berlanjut.
Menurut pengamatannya, harga rata-rata indeks batu bara dunia yang dijadikan acuan perhitungan HBA, yakni Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900, masih menunjukkan penguatan hingga pekan pertama Juni 2021.
"Masih terlalu dini untuk melihat apakah harga masih menguat di Juli, tapi kalau melihat harga indeks minggu ini, rasa-rasanya masih bisa rally lagi. Kalau minggu kedua trennya bisa naik, bisa juga Juli harga menguat lagi," ujar Hendra kepada Bisnis, Kamis (3/6/2021).
Dia menuturkan, banyak faktor eksternal yang menyebabkan HBA dapat melaju ke level US$100,33 per ton pada Juni 2021. Faktor tersebut antara lain, masih tingginya curah hujan yang menyebabkan pasokan batu bara global sedikit terhambat, masih berlanjutnya larangan impor batu bara dari Australia oleh Pemerintah China, dan cepatnya pemulihan ekonomi China.
Faktor-faktor tersebut membuat permintaan batu bara di pasar ekspor meningkat yang akhirnya berdampak pada penguatan harga.
Adapun, HBA Juni 2021 tembus ke angka US$100,33 per ton atau naik US$10,59 per ton dibandingkan dengan Mei 2021 yang mencapai US$89,74 per ton. HBA Juni tersebut merupakan yang tertinggi sejak November 2018, yaitu US$97,9 per ton.