Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah perusahaan global memutuskan menunda langkah mereka untuk melakukan aksi penawaran umum perdana (initial public offering/IPO), lantaran makin volatilnya kondisi pasar.
Melansir Bloomberg, Jumat (14/5/2021) setidaknya terdapat dua perusahaan yang akan menunda IPO-nya lantaran volatilitas pasar yang meningkat. Kedua perusahaan itu adalah Hear.com NV dan Enact Holdings Inc.
Hear.com adalah perusahaan penyedia layanan alat bantu dengar berskala global. Awalnya rencana IPO mereka akan didukung oleh perusahaan ekuitas swasta EQT AB..
Dalam hal ini, Hear.com mengatakan kondisi pasar ekuitas yang menantang menjadi salah satu alasan mereka menunda IPO. Perusahaan dalam hal ini akan terus memantau pasar untuk menentukan langkah berikutnya. Adapaun aksi korporasi tersebut awalnya direncanakan dapat menghimpun dana sebesar US$324 juta.
Sementara itu, keputusan penundaaan IPO Enact Holdings Inc diumumkan oleh induk usahanya yakni Genworth Financial Inc.
Genworth menyatakan, penundaaan IPO lantaran meningkatnya volatilitas perdagangan di sektor asuransi hipotek. Sebelumnya, Genworth berencana menghimpun dana US$ 542 juta dari aksi penawaran umum perdananya.
"Dewan direksi Genworth menentukan bahwa harga pasar saat ini untuk penawaran yang direncanakan, tidak secara akurat mencerminkan nilai Enact," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Bloomberg Jumat (14/5/2021).
Selain dua perusahaan tersebut, Dow Jones melaporkan, perusahaan perangkat lunak Brasil, Zenvia Inc., yang berencana menghimpun dana sebanyak US$ 226 juta juga memuruskan untuk menunda IPO.
Seperti diketahui, selama beberapa hari terakhir semua indeks utama di pasar modal AS tertekan. Salah satu tekanan itu muncul dari data inflasi terbaru AS yang melampaui prediksi pasar. Dengan demikian pasar memperkirakan dalam waktu dekat Bank Sentral AS akan segera menaikkan suku bunga acuanya.
Volatilnya pasar saham tersebut cukup untuk membuat takut perusahaan yang berharap untuk melakukan debut pasar mereka.
Indeks Volatilitas Chicago Board Options Exchange naik ke level 20 pekan ini, tertinggi sejak Maret. Bankir biasanya menyarankan perusahaan untuk go public ketika indikator tersebut berada di bawah 20.
Amir Schlachet, CEO Global-E Online Ltd., penyedia perangkat lunak e-commerce yang juga berencana melakukan IPO tahun ini juga menyatakan kesulitannya dalam menentukan waktu yang tepat untuk masuk ke bursa saham.
“Sangat sulit untuk menentukan waktu pada hari yang tepat [untuk IPO]. Yang paling penting adalah bagaimana saham kami diperdagangkan dalam tiga bulan, enam bulan, satu tahun,” kata Schlachet dalam sebuah wawancara.
Turbulensi juga mempengaruhi penerbitan ekuitas lainnya, dan melanda perusahaan yang baru-baru ini bergabung dengan pasar publik. BRT Apartments Corp. membatalkan penawaran kedua dari dua juta saham, dengan alasan volatilitas. Sahamnya melonjak sebanyak 15 persen karena pemberitaan.
Saham Bumble Inc., Honest Co., Affirm Holdings Inc., dan Couping Inc., yang semuanya go public tahun ini, masing-masing turun di bawah harga IPO mereka dalam beberapa hari terakhir.