Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mendorong pembukaan eskpor dan promosi untuk di sekotr agribisnis, khususnya pada komoditas tanaman hias atau florikultura dan benih sayuran.
Dalam acara pelepasan eskpor program florikultura dan benih sayuran di Bogor, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan apresiasi pemerintah terhadap komoditas tersebut merupakan upaya untuk mencapai pemulihan ekonomi nasional, melalui peningkatan eskpor.
Adapun, tanaman hias merupakan salah satu bagian dari subsektor hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Global market value tanaman hias mencapai nilai US$22,329 miliar, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh. Namun, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,1 persen.
Sementara, Indonesia juga mempunyai potensi besar dalam ekspor benih sayuran ke mancanegara. Hampir semua produk sayuran di Indonesia punya potensi pasar di luar terutama di Asean, seperti Malaysia dan Thailand. Terutama, untuk komoditas seperti kangkung, tomat, buncis, labu, dan kacang panjang. Meskie begitu, permintaan ekspor lebih luas daripada segi produksi.
“Ke depan untuk peningkatan ekspor benih bisa ditingkatkan kerjasama beberapa perusahaan benih di Indonesia untuk membuka pasar ekspor dan promosi bersama ke luar negeri dengan fasilitasi Pemerintah,” ujar Airlangga dalam pelepasan ekspor florikultura di Minaqu Home Nature, Jungle Fest Bogor, Kamis (6/5/2021).
Selain ekspor, Airlangga menyebutkan pengembangan agribisnis tanaman hias dan benih sayuran dapat menumbuhkan lapangan pekerjaan baru di setiap elemen rantai pasok, termasuk di dalamnya adalah pengembangan dan perbanyakan bibit berteknologi melalui kultur jaringan.
Baca Juga
Tidak hanya itu, inovasi teknologi, pengembangan lahan produksi, standarisasi dan sertifikasi produk perlu ditingkatkan dan menjadi fokus utama.
Di sisi ekspor, nilai ekspor florikultura pada tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2018, nilai ekspor sebesar US$12,07 juta dan naik pada 2019 sebesar US$13,53 juta atau naik 12,1 persen. Kenaikan berlanjut hingga 2020 secara signifikan menjadi sebesar US$19,98 juta.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia periode Januari – Maret 2021 mencapai US$48,90 miliar atau meningkat 17,11 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020. Kinerja ekspor pada Maret 2021 mencapai US$18,35 miliar, yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, hampir melampaui posisi tertinggi sejak Agustus 2011 yaitu sebesar US$18,64 miliar.
“Sektor pertanian telah memberikan kontribusi positif sebesar 2,15 persen di bulan Maret. Ekspor pertanian secara kumulatif pada Januari – Maret 2021 sebesar US$1,05 miliar, mengalami kenaikan sebesar 14,29 persen terhadap periode yang sama pada tahun 2020,” lanjut Airlangga.
Di sisi lain, Airlangga menyampaikan arahan yang pernah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada acara Jakarta Food Security Summit (JFSS), bahwa inisiasi Closed Loop perlu terus dikembangkan terutama dalam rangka pengembangan kemitraan dari hulu ke hilir. Menurutnya, kemitraan Closed Loop perlu untuk meningkatkan produktifitas.
Terkait dengan pembiayaan, pemerintah juga memberikan dukungan kebijakan bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspor. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Eximbank terus memberikan dorongan berupa bantuan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Berorientasi Ekspor bagi usaha berorientasi ekspor termasuk juga usaha rintisan ekspor dengan maksimal omzet sebesar Rp50 miliar.
Di dalam acara pelepasan ekspor florikultura, turut hadir juga Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Perwakilan Pemerintah Kota Bogor, dan Pimpinan DPRD Kabupaten Bogor. “Saya ucapkan apresiasi dan selamat atas keberhasilan Menteri Pertanian yang terus mendorong ekspor florikultura dari Indonesia,” tutup Airlangga.