Bisnis.com,JAKARTA – Risiko penyebaran varian baru Covid-19 B.1617 masih membayangi Indonesia, meskipun pemerintah telah menerapkan larangan mudik, dan tingkat kasus positif yang kian melandai.
Bahana Sekuritas mencatat pasar masih waspada terhadap kemungkinan transmisi varian baru Covid-19, B.1617. Apalagi, belum lama ini, terdapat 2 kasus positif Covid-19 dengan varian virus B.1617 di Indonesia, yang langsung dikarantina setelah dites ketika kedatangan.
Pasar semakin berhati-hati karena hanya 5 persen dari penduduk Indonesia yang sudah divaksin. Target vaksinasi dari untuk mencapai herd immunity di Indonesia adalah 181 juta orang. “Masih banyak yang tidak diketahui tentang varian baru virus tersebut, sehingga dapat menunda banyak perkembangan atau sepanjang kasus di India masih terus naik,” jelas Bahana dalam laporannya yang dikutip Bisnis, Jumat (5/7/2021).
Kewaspadaan terhadap varian B 1617 dan lonjakan kasus Covid-19 di India, membuat hampir seluruh otoritas kesehatan di seluruh dunia mengambil langkah waspada untuk mencegah transmisi varian tersebut. Seperti halnya negara-negara lain, Indonesia mengambil langkah preventif meskipun belum mengetahui banyak terkait dengan varian tersebut.
Bahana melaporkan beberapa aspek larangan mudik di 2021 lebih ketat dibandingkan dengan 2020. Beberapa aturan diperketat dibandingkan dengan tahun sebelumnya seperti perluasan pelarangan mudik ke seluruh daerah, kewajiban menyertakan hasil engatif tes Covid-19 sehari sebelum keberangkatan, pembatasan mobilitas hanya untuk kebutuhan kerja menggunakan SIKM, serta lebih banyak dan luasnya area pemeriksaan (checkpoint).
Sementara, aturan yang lebih longgar dari tahunsebelumnya yaitu periode larangan mudik yang lebih pendek, serta kurangnya larangan perjalanan antar kota dan aglomerasinya seperti Jakarta ke area Jabodetabek lalu sebaliknya.
Baca Juga
Terkait dengan jumlah kasus, Bahana menilai data Covid-19 di Indonesia dalam kondisi yang baik. Misalnya, kasus terkonfirmasi positif harian telah menurun sejak Feburari 2021. Lalu, tingkat 7DMA (7 Days Moving Average) turun ke level 9 persen dari sebelumnya 20 persen sejak akhir 2020 untuk Jakarta. Sedangkan, 7DMA turun ke level 12 persen dari 26 persen sejak akhir tahun lalu untuk luar Jakarta.
Untuk BOR, tingkat keterisian tempat isolasi turun ke level 36 persen dari 80 persen pada akhir 2020. Sementara, tingkat keterisian ICU turun ke level 41 persen dari 85 persen pada akhir tahun lalu.
“Indikator kunci kondisi pandemi di Indonesia seperti tingkat infeksi dan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit [bed occupancy ratio/BOR], berada di level terbaik sejak kuartal III/2020,” tulis Bahana.