Bisnis.com,JAKARTA – Pengamat menilai kelangkaan baja lembaran dan gulungan lapisan paduan aluminium seng atau BjALS bisa berdampak terhadap perekonomian Nasional.
Direktur Roda Intitut Ahmad Rijal Ilyas mengatakan bahwa pasokan BjLAS dari China di awal sampai pertengahan 2020 terhenti, sehingga pasokan jauh menurun dan hanya berasal dari negara lain, seperti Vietnam, Korea, dan Jepang.
“Dari data yang ada Impor BjLAS karbon pada periode Januari - Maret 2021 mengalami kenaikan 180 persen dari 28.696 ton menjadi 80.371 ton dibandingkan Januari - Maret 2020,” ujarnya dalam pernyataan tertulis, Kamis (6/5/2021).
Akan tetapi, tuturnya, jika menggunakan benchmark 2019 atau kondisi normal, impor BjLAS paduan Jan-Mar 2021 turun 47 persen dari 167.501 ton menjadi 89.076 ton dibandingkan Jan-Mar 2019.
Kenaikan impor pada 2021 disebabkan naiknya permintaan seiring pemulihan ekonomi nasional pasca Pandemi Covid-19 semantara di satu sisi kapasitas produksi dalam negeri BjLAS belum memenuhi kebutuhan pasar domestik.
“Ketidakmampuan suplai dari produsen dalam negeri masih berlangsung dan diprediksi tetap terus berlangsung terbukti dengan terhambatnya pemenuhan order yang bahkan dibatasi jumlahnya oleh produsen BjLAS lokal. Bahkan, sebagian besar produsen BJLAS sendiri masih melakukan impor BjLAS,” ucapnya.
Baca Juga
Dia menambahkan, hampir semua produsen lokal BjLAS merupakan pelaku usaha sektor hilir dan bersaing dengan konsumennya sendiri. Sehingga, adanya pengenaan BMAD akan berdampak serius terhadao level playing field di hilir dan terlebih akan mematikan pelaku usaha hilir yang berjumlah 232 produsen yang tidak tidak terafiliasi dengan produsen BjLAS lokal.
“Wacana penerapan antidumping oleh pemerintah sebaiknya dikaji secara serius sebab BjALS ini memainkan peranan vital dalam rangka pemulihan ekonomi nasional akibat Covid-19 serta tidak menutup kemungkinan jika terjadi kelangkaan BJALS akan berdampak pada mangkraknya project-project strategis dan memicu PHK Massal,” ujarnya.
Dia menekankan bahwa, sudah terdapat mekanisme pengendalian impor produk baja termasuk di dalamnya BjLAS secara sangat efektif melalui sistem yang rapi, tertata dan transparan di dalam Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Menurutnya, tidak perlu diragukan bahwa dengan kinerja profesional dan mekanisme ini laju impor sudah mampu dikendalikan secara faktual.
Seperti diketahui, tercatat ada 232 perusahaan pengguna BjLAS dengan total kapasitas produksi sebesar 4,8 juta ton. Kapasitas produksi BjLAS nasional sebesar 1,375 juta ton masih berada jauh dari kapasitas produksi sektor industri penggunanya.
Sementara itu, China telah menghapus fasilitas tax rebate sebesar 13 persen untuk produk BjLAS yang diekspor, sehingga dia memperkirakan impor BjLAS dari China akan menurun pada tahun 2021.
Terdapat sistem pengendalian yang sudah sangat efektif pada kememperin melalui mekanisme pertek. Melalui mekanisme ini impor dapat dilakukan melalui rujukan data supply dan demand sehingga terkendali dan tidak akan terjadi lonjakan.