Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut kuartal I/2021 akan menjadi kuartal terakhir bagi industri pengolahan non-migas mengalami kontraksi.
Adapun secara tahunan, manufaktur pada tiga bulan pertama tahun ini minus 0,71 persen. Namun bila dilihat angka kontraksi tersebut masih berada di atas pertumbuhan ekonomi, yang minus 0,74 persen.
Menurut Agus, pemerintah optimistis pada kuartal kedua tahun ini industri sudah bisa masuk teritori positif, seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi.
"Karena ada sektor-sektor yang bila dilihat secara kuartalan juga tumbuh secara positif. Selain itu kami juga perlu sampaikan bahwa bila kita lihat karena kebijakan PPNBM-DTP secara kuartal untuk beberapa indikator otomotif naik double digit," katanya dalam jumpa media, Rabu (5/5/2021).
Agus mengemukakan produksi mobil secara kuartal sudah naik sebesar 23,36 persen dengan penjualan mobil naik 16,63 persen dan penjualan sepeda motor naik 64,52 persen.
Secara keseluruhan Agus menyebut manufaktur masih menjadi motor penggerak roda perekonomian nasional pada kuartal I/2021 terlihat dari kontribusinya terhadap PDB nasional sebesar 17,91 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 17,86 persen.
"Kebijakan Kementerian Perindustrian mendorong penguatan industri melalui implementasi IOMKI, PPnBM DTP, Kebijakan Harga Gas mendorong penguatan industri pengolahan non migas dalam 6 bulan terakhir sejak kuartal IV/2020 hingga kuartal I/2021 secara kuartalan berturut-turut menguat dan tumbuh positif," ujarnya.
Sementara itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi kuartal I/2021 yang masih mencatatkan kontraksi baik secara tahunan dan kuartalan, yaitu masing-masingnya sebesar -0,74 persen dan -0,96 persen.
Seiring dengan hal itu, industri pengolahan tercatat juga masih menorehkan rapor merah atau minus 1,38 persen dengan manufaktur di minus 0,71 persen. Meski secara kuartal, angka itu sudah menunjukkan perbaikan dari kuartal IV/2020 yang minus 2,22 persen.
Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan industri tekstil dan pakaian jadi mengalami kontraksi pertumbuhan paling dalam atau minus 13,28 persen karena permintaan domestik dan ekspor yang masih belum membaik.
"Asosiasi juga melaporkan kenaikan harga minyak turut membuat harga bahan baku meningkat dengan tingkat utilisasi yang turun," katanya.