Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 telah memukul sebagian badan usaha jasa konstruksi (BUJK) lokal dan dipaksa gulung tikar. Pada saat yang sama, jumlah BUJK asing di dalam negeri justru meningkat.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mendata tahun lalu ada 6 unit BUJK asing yang menutup cabangnya. Namun demikian, data di lapangan menunjukkan 30 unit BUJK asing anyar masuk ke dalam negeri.
"[Mungkin] ada proyek-proyek besar yang jalan di luar dana pemerintah [pada tahun lalu]. Pada saat pandemi, mungkin negara meningkatkan investasi asing yang cukup signifikan dan membawa pelaku jasa konstruksi asing masuk juga," kata Wakil Sekretaris Jenderal II Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Errika Ferdinata kepada Bisnis, Senin (19/4/2021).
Errika memperkirakan jumlah BUJK lokal anjlok sekitar 50 persen akibat pandemi Covid-19. Angka tersebut, menurutnya, didapatkan dari menurunnya jumlah BUJK yang melakukan pendaftaran ulang ke asosiasi.
Sementara itu, Kementerian PUPR mendata jumlah BUJK asing naik 4,41 persen secara tahunan atau sebanyak 24 unit menjadi 568 unit. Adapun, ada 22 unit BUJK asing yang masuk ke dalam negeri pada 2019.
Walaupun menduga ada proyek asing baru di dalam negeri pada tahun lalu, Errika berujar pihaknya belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai proyek dengan dana asing di Nusantara. Walakin, Errika berpendapat bertambahnya jumlah BUJK asing dapat menjadi katalis positif bagi industri konstruksi nasional.
Baca Juga
Pasalnya, ujar, proyek-proyek yang dikerjakan BUJK asing notabenenya memiliki nilai yang besar. Artinya, industri konstruksi nasional memiliki tambahan lokomotif baru untuk menggerakkan industri konstruksi nasional.
"Kami tidak bisa menilai ini baik atau buruk. Kalau rombongan [BUJK] asing masuk tapi [BUJK lokal] jadi penonton tidak bagus juga. Tapi, kalau masuk dan mengajak perusahaan lokal untuk berpartisipasi kan lebih bermanfaat secara luas," ujarnya.