Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi diperkirakan sulit untuk mencapai angka positif pada kuartal I/2021. Sesuai dengan proyeksi Kementerian Keuangan, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia di kuartal I/2021 akan berada di kisaran -1 persen.
“Kalau saya lihat angka proyeksi dari beberapa lembaga termasuk kita, perkiraan untuk positif agak sulit. Tapi, kita memperkirakan minus, namun tidak terlampau buruk. Hitungan kita minus 1 persen,” kata Direktur Eksekutif Institute of Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad kepada Bisnis, Senin (19/4/2021).
Menurut Tauhid, terdapat beberapa indikasi yang menunjukkan sulitnya pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2021 untuk bangkit dari resesi.
Pertama, pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2020, yang pada saat itu belum masuk periode pandemi Covid-19, masih menunjukkan nilai PDB yang relatif lebih tinggi. Sehingga, meski ada perkembangan secara year-on-year (yoy) di kuartal I/2021, pertumbuhan masih akan secara negatif.
Kedua, rendahnya daya beli di tiga bulan pertama 2021 menunjukkan indikasi inflasi yang masih rendah. Inflasi indeks harga konsumen (IHK) Maret 2021 turun menjadi 1,37 persen dari bulan sebelumnya 1,37 persen.
“Artinya tiga bulan pertama jelas daya beli belum meningkat. Kalau daya beli belum meningkat, artinya perkembangan ekonomi secara umum, pendapat masyarakat belum pulih lah,” jelas Tauhid.
Baca Juga
Selain itu, pertumbuhan ekonomi di kuartal I/2021 yang diperkirakan masih negatif juga ditunjukkan dari indeks keyakinan konsumen (IKK) serta indeks penjualan riil yang masih berada di bawah 90. Sehingga, hal tersebut mengindikasikan sektor riil juga belum bergerak secara normal.
Ketiga, permintaan kredit konsumsi, investasi, dan modal kerja yang masih rendah pada Februari 2021, menunjukkah belum bergeraknya sektor usaha dan konsumsi.
Adapun, Kemenkeu memprediksi perekonomian pada kuartal pertama tahun ini akan masih tumbuh negatif di kisaran -1 persen hingga -0,1 persen.