Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef: Pemindahan Ibu Kota Tidak Akan Kontribusi Banyak ke Pertumbuhan Ekonomi

Kontribusi pemindahan ibu kota terhadap perekonomian nasional diperkirakan hanya sebesar 0,02 persen pada jangka pendeknya. Sementara untuk jangka panjang justru hanya berkontribusi 0,00 persen.
Pradesain Istana Negara berlambang burung Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) karya seniman I Nyoman Nuarta / Twitter
Pradesain Istana Negara berlambang burung Garuda di Ibu Kota Negara (IKN) karya seniman I Nyoman Nuarta / Twitter

Bisnis.com, JAKARTA - Pembangunan ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Timur tidak akan berkontribusi banyak terhadap pertumbuhan ekonomi makro.

Head of Center of Macroeconomics and Finance Indef M Rizal Taufikurahman mengatakan pemindahan IKN tidak akan memberikan pemerataan atau menutup gap pertumbuhan ekonomi antar provinsi/daerah.

Menurut Rizal, dari studi yang dilakukan oleh Indef, kontribusi pemindahan ibu kota terhadap perekonomian nasional diperkirakan hanya sebesar 0,02 persen pada jangka pendeknya. Sementara untuk jangka panjang justru hanya berkontribusi 0,00 persen.

“Memang untuk pertumbuhan ekonomi ini, tidak bisa diharapkan dari pemindahan ibu kota negara ini,” kata Rizal dalam webinar ‘Pemindahan Ibu Kota, Pemulihan Ekonomi dan Penanganan Pandemi Covid-19: Mana Yang Lebih Baik?’, Jumat (14/4/2021).

Rizal lalu menambahkan pemindahan pusat pemerintahan ke Kalimantan Timur juga tidak berkontribusi banyak terhadap perekonomian di pulau Kalimantan atau di provinsi Kalimantan Timur.

Rizal memaparkan dampak jangka pendek dan panjang terhadap pertumbuhan ekonomi pulau Kalimantan sebesar 3,61 persen, dan 2,85 persen pada jangka panjang.

Sedangkan, dampak jangka pendek dari pemindahan IKN terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur sebesar 6,83 persen, dan 4,58 persen untuk jangka panjang.

Maka itu, dalam kondisi krisis pandemi seperti ini, Rizal mempertanyakan langkah pemerintah dalam rencana pembangunan kawasan pemerintahan yang ditargetkan rampung di tahun 2024. Terutama, saat Indonesia masih dilanda krisis akibat pandemi Covid-19.

“Justru masalah yang sekarang ada di hadapan kita itu ya Covid-19,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper