Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) Janoe Arijanto memperkirakan tren belanja iklan pada masa Ramadan 2021 akan lebih menggeliat dibandingkan dengan tahun lalu.
Menurut estimasinya, kenaikan belanja iklan oleh brand-brand di Tanah Air bisa bergerak ke level 15-20 persen dari spending yang dikeluarkan sampai dengan Februari 2020. Sebagaimana diketahui, pada bulan tersebut Nielsen melaporkan nilai belanja iklan di Indonesia senilai Rp17,5 triliun.
"Tahun ini tidak akan seberat Ramadan tahun lalu. Tahun ini, brand-brand masih punya banyak rencana untuk belanja iklan. Didorong oleh peningkatan produksi barang-barang sehingga kegiatan promosinya akan cukup berbeda. Menurut estimasi saya, belanja iklan Ramadan kali ini bisa sampai lebih dari 15-20 persen," ujar Janoe ketika dihubungi, Jumat (16/4/2021).
Adapun, food and beverage, iklan e-commerce, dan produk-produk kesehatan akan menjadi sektor dengan spending iklan paling besar dan menjadi faktor pendorong utama atas kenaikan belanja iklan pada periode Ramadan tahun ini. Sebab, tingkat konsumsi untuk produk-produk terkait akan meningkat ketika Ramadan.
Sebaliknya, sektor ritel diperkirakan tidak akan terlalu jor-joran dalam mengeluarkan anggaran untuk belanja iklan. Penyebabnya, produk-produk terkait seperti pakaian yang biasanya dikonsumsi cukup marak karena nilai prestisnya diprediksi tidak akan terjadi tahun ini akibat pandemi Covid-19.
"Sebelum pandemi, belanja iklan produk ritel seperti pakaian naik karena masih ada nilai prestisnya. Sejak pandemi, di sektor tersebut spending untuk iklannya akan ditahan," ujarnya.
Selain itu, kata Janor, pelarangan mudik juga menjadi faktor yang menyebabkan minat beli di sektor tersebut tidak signifikan pada periode Ramadan tahun ini sehingga industrinya tidak begitu bersemangat untuk melakukan promosi.