Bisnis.com, JAKARTA – Sektor properti masih diminati untuk dijadikan instrumen investasi, menurut pengamat bisnis properti Panangian Simanungkalit.
Menurut dia, properti merupakan investasi yang bisa dinikmati karena bisa dihuni dan dijadikan investasi karena nilai produknya terus meningkat. Investasi properti didapat dari dua yakni peningkatan nilai produk (gain) dan bisa disewakan (yield).
Namun, dia tidak memungkiri bahwa dari investasi properti merupakan produk yang tidak likuid sehingga produk properti memerlukan waktu untuk dijual. Meskipun demikian, sektor properti tetap prospektif dan menguntungkan untuk dijadikan investasi saat pandemi Covid-19 ini.
"Rata-rata investasi properti itu kalau di lokasi berkembang atau sunrise bisa mencapai 20 persen per tahun dengan rental yield 5 persen hingga 7 persen. Investasi di sektor properti seperti itu dan memang sangat layak terlebih sebagai investasi dan bisa digunakan sebagai tempat tinggal," ujarnya pada Rabu (14/3/2021).
Menurutnya, properti dengan harga di bawah Rp1 miliar masih sangat prospektif untuk dijadikan investasi. Pasalnya, segmen ini merupakan yang paling tepat untuk kalangan muda milenial yang saat ini banyak memerlukan rumah sehingga menjadi segmen terbesar yang diminati.
Adapun yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi sektor properti yakni lokasi hunian. Hal ini sangat penting karena menyangkut jarak waktu ketika berpergian.
Baca Juga
Selain itu, perlu melihat ketersediaan fasilitas dasar yang menunjang aktivitas masyarakat, seperti transportasi, sekolah, pusat perbelanjaan, pasar, dan rumah sakit.
Panangian menambahkan untuk koridor barat Jakarta dengan lokasi yang dekat dengan bandara dan fasilitas lainnya, hunian yang diminati seharga Rp700 juta hingga di bawah Rp1,5 miliar, sedangkan hunian di koridor timur yang diminati dengan harga Rp200 juta hingga di bawah Rp1 miliar.
"Ini dikarenakan dua kutub baik di koridor barat dan timur Jakarta dipenuhi oleh kalangan pekerja profesional dari kalangan anak muda yang rata-rata memerlukan hunian," paparnya.
Oleh karena itu, untuk menarik kaum millenial memiliki hunian, kalangan pengembang juga harus fokus pada harga yang terjangkau, fasilitas, dan cara bayar.
"Lifestyle yang harus dihadirkan antara lain kebutuhan milenial dengan segala atributnya untuk meyakinkan kalau produk properti yang dipasarkan memang tepat dan dibutuhkan. Saat ini yang paling dibutuhkan adalah landed house yang terjangkau karena pasar didominasi end user," tuturnya.