Bisnis.com, JAKARTA – Operasi di tambang emas Porgera akan dilanjutkan akhir tahun ini setelah Barrick Gold Corp dan Papua Nugini mencapai kesepakatan, yang akan membuat penambang mengambil saham minoritas dalam operasi tersebut.
Mengutip Bloomberg, joint venture baru akan melaksanakan pertambangan, yang dimiliki 49 persen oleh Barrick Niugini Ltd. Perusahaan tersebut dimiliki bersama oleh Barrick dan China Zijin Mining Group Co.
Kemudian 51 persen milik pemangku kepentingan atau stakeholders Papua Nugini, berdasarkan pernyataan pada Jumat (9/4/2021) yang dikutip Bloomberg.
Barrick akan mengoperasikan tambang yang telah menjalani perawatan dan pemeliharaan sejak April 2020 lalu. Setelah pemerintah Papua Nugini tidak memperpanjang kontrak khusus pertambangan.
Barrick yang merupakan produsen emas terbesar kedua di dunia, mengatakan pada Oktober, akan memberikan negara bagian saham yang lebih besar di Porgera sebagai bagian dari in-principle agreement yang memungkinkan tambang dibuka kembali.
Hal tersebut menandai perbaikan perjanjian setelah kebuntuan selama berbulan-bulan yang merubah tantangan hukum dan menguji janji Perdana Menteri Papua Nugini James Marape untuk mendapatkan bagian yang lebih besar dari kekayaan sumber daya Papua Nugini.
Marape menjabat pada 2019 dengan janji untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dari perusahaan multinasional yang ingin mengembangkan sumber daya bahan bakar fosil dan mineral negara kaya.
Dia juga mengkritik kesepakatan sumber daya yang dilakukan oleh pemerintah sebelumnya dan membuat publik berselisih dengan Exxon Mobil Corp. pada awal 2020 karena proyek ekspor gas bernilai miliaran dolar.
Saat ini, Porgera menyumbang sekitar 5 persen dari total produksi Barrick sebelum perawatan dan pemeliharaan tahun lalu. Perusahaan itu terpaksa menurunkan perkiraan produksi tahunannya untuk 2020 karena adanya gangguan di tambang.