Bisnis.com, JAKARTA — PT Indika Energy Tbk. perlahan bakal meninggalkan bisnis batu bara dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Perusahan dengan kode saham INDY itu bahkan menargetkan separuh pendapatannya akan berasal tidak lagi dari komoditas emas hitam.
Dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah telah menetapkan target pemanfaatan EBT sebanyak 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025. Di samping itu, berdasarkan proyek Kementerian ESDM konsumsi batu bara secara global diproyeksikan bakal terus merosot.
Pada skenario terburuk, seiring dengan penurunan suhu di muka bumi sebesar 1,5 persen, konsumsi batu bara bahkan bisa dikurangi sebesar 90 persen pada 2050. Namun, secara umum pada 2050 dunia akan menurunkan permintaan batu bara 40 persen dari pada saat ini.
Tren pelemahan konsumsi itu, bahkan telah dirasakan INDY sepanjang tahun yang mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 25,35 persen menjadi US$2,07 miliar pada dibandingkan dengan US$2,78 miliar pada tahun sebelumnya.
Penurunan pendapatan INDY utamanya disebabkan oleh menurunnya pendapatan Kideco Jaya Agung (Kideco) sebesar 20,6 persen. Hal ini diakibatkan harga jual batu bara rata-rata yang menurun sebesar 16,1 persen dari US$45,1 menjadi US$37,8 per ton pada 2020 dan volume penjualan yang juga berkurang sebesar 5,4 persen dari 34,9 juta ton menjadi 33 juta ton.
"Yang kami lakukan untuk menjaga kesinambungan operasional perseroan dan mendukung ketahanan energi nasional. Situasi yang menantang ini memicu kami untuk lebih adaptif dan tangkas dalam melihat peluang usaha demi keberlanjutan perseroan, serta memperkuat komitmen kami terhadap ESG [environmental, social, and good Governance],” ujar Azis Armand, Wakil Direktur Utama dan CEO Indika Energy.
Aziz menjelaskan bahwa pada Maret lalu, Indika Energy mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS)–sebuah perusahaan penyedia solusi tenaga surya terintegrasi di Indonesia. Inisiatif ini dilakukan melalui kemitraan dengan Fourth Partner Energy, pengembang solusi tenaga surya terdepan di India yang secara mayoritas Fourth Partner Energy dimiliki oleh The Rise Fund, social impact fund terbesar di dunia.
Dia menuturkan, pendirian EMITS ini merupakan wujud komitmen Indika Energy dalam mendiversifikasi portofolio bisnis, mencapai tujuan keberlanjutan, meningkatkan kinerja ESG, serta mendukung upaya pemerintah dalam mencapai target bauran EBT sebesar 23 persen pada 2025.
Sementara itu, sejak 2018 Indika Energy juga memiliki investasi di sektor tambang emas Awak Mas di Sulawesi Selatan. Proyek Awak Mas ini memiliki potensi cadangan sebanyak 1,5 juta ons emas dan 2,4 juta ons sumber daya emas dan ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2023.
Selaras dengan strategi diversifikasi usaha yang dilakukan, Indika Energy menargetkan 50 persen pendapatan dari sektor nonbatu bara pada 2025.
“Indika Energy akan terus mengeksplorasi sektor usaha lainnya yang sesuai dengan keunggulan dan kapasitas kami. Hal ini merupakan wujud kontribusi kami terhadap pembangunan nasional,” kata Azis.
Sebelumnya, Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid mengatakan, EMITS berencana untuk berinvestasi di Indonesia hingga US$500 juta dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
“Untuk merealisasikan potensi ini tentunya diperlukan investasi yang besar dan kerja sama dari berbagai pihak. Indika Energy berkomitmen untuk menjadi bagian dari perjalanan Indonesia dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki melalui kerja sama dengan mitra berpengalaman guna menghadirkan solusi tenaga surya yang terpercaya dan berbiaya kompetitif bagi Tanah Air,” katanya.