Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebaiknya tak berfokus terlebih dahulu soal perpanjangan trase kereta cepat Jakarta–Bandung menuju Surabaya termasuk opsi berkolaborasi dengan pihak Jepang.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Bidang Perkeretaapian Aditya Dwi Laksana menuturkan agar perpanjangan rute tersebut menjadi kebijakan dan perhitungan dari pemerintah saja. Menurutnya, sejak awal, operasional Kereta Cepat Jakarta–Bandung juga sudah tak optimal untuk karakteristik Kereta Kecepatan Tinggi (KKT).
Dari sisi jarak, kata dia, terlalu pendek atau hanya sekitar 140 km dan hanya dengan dua stasiun persinggahan. Semestinya, sejak awal pemerintah sudah memiliki kajian kelayakan proyek yang lebih komprehensif.
“Perlu kajian yang komprehensif terkait perpanjangan jaringan KKT ini terutama terkait skema pendanaan dan teknologi yang digunakan. Pemilihan rute lintas selatan Jawa akan meningkatkan biaya konstruksi karena topografi pegunungan,” ujarnya, Jumat (26/3/2021).
Sementara untuk ruas lintas utara Jawa, katanya, telah menjadi program Kereta Kecepatan Medium Jakarta–Surabaya dengan pihak Jepang. Alhasil, kalau nantinya terdapat kolaborasi bersama antara Jepang–China tentunya akan menjadi lebih rumit. Hal itu dikarenakan keduanya harus sepakat tentang skema pembiayaan dan teknologi yang digunakan.
Sebelumnya, KCIC masih membuka peluang untuk melanjutkan trase proyek kereta cepat Jakarta–Bandung saat ini hingga ke Surabaya seperti arahan Presiden Joko Widodo sebelumnya.
Baca Juga
Corporate Secretary KCIC Mirza Soraya menyampaikan saat ini fokus KCIC adalah pengembangan Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung yang sudah berstatus sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional dan merupakan penugasan langsung oleh Presiden RI. Namun, bukan berarti perpanjangan trase ke Surabaya tak dimungkinkan.
“Adapun pembangunan kereta cepat oleh KCIC tidak menutup kemungkinan untuk dilanjutkan sampai dengan Surabaya,” ujarnya, Kamis (25/3/20210).