Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelajah Komoditas Sumatra: Menengok Tambang Batu Bara Pertama PTBA

Tim Jelajah Komoditas Sumatra Bisnis Indonesia berkesempatan menengok proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter – 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PTBA.
Proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter - 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) / Tim Jelajah Komoditas Bisnis Indonesia
Proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter - 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) / Tim Jelajah Komoditas Bisnis Indonesia

Bisnis.com, PALEMBANG – Tambang Air Laya, yang dikelola PT Bukit Asam Tbk, telah menjadi lembar awal sejarah industri pertambangan batu bara di Sumatra Selatan. 

Gundukan batu bara terbentang di hamparan lahan area Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatra Selatan. Belasan unit kendaraaan truk hilir mudik mengitari areal pengepulan (temporary stock pile) emas hitam yang telah dikeruk dari perut bumi itu. 

Kendaraan lantas menuju convenyor yang akan mengantarkan batu bara hingga ke stasiun kereta (train load station/TLS). Dari tambang terbuka (open pit) itu, batuan sendimen tersebut menjadi komoditas yang menyalakan energi sejak 102 tahun lalu.

Tim Jelajah Komoditas Sumatra Bisnis Indonesia berkesempatan menengok proses mobilisasi batu bara dari ketinggian 15 meter – 20 meter di Anjungan Tambang Air Laya yang disediakan PTBA.

Manajer Pengembangan Air Laya PTBA Eri Virnadi Saliman mengatakan Tambang Air Laya merupakan tambang pertama yang digarap perusahaan pelat merah tersebut. 

“Tambang ini sudah ada sejak zaman kolonialisme Belanda, tepatnya tahun 1919. Begitu kekuasaan mereka berakhir, Negara mulai menguasainya pada tahun 80-an,” katanya kepada Tim Jelajah, Rabu (17/3/2021).

Eri menjelaskan laju produksi di Tambang Air Laya mulai meningkat pada tahun 1989. Perusahaan memasok kebutuhan domestik maupun pasar ekspor dari tambang terbuka terbesar di Sumsel tersebut.

PTBA memasok batu bara untuk PLTU (pembangkit listrik tenaga uap). Dia menuturkan PTBA yang memasok semua pembangkit. Salah satunya dari Tambang Air Laya. 

Berdasarkan catatan perseroan, produksi batu bara dari Tambang Air Laya mencapai 5,27 juta ton pada tahun 2020. Angka tersebut menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 7,77 juta ton.

Menurut Eri, usia sebuah tambang sangat bergantung pada tingkat produksi. Sebagai areal yang lebih dulu dieksploitasi, pihaknya memerkirakan masa operasional Tambang Air Laya bisa sampai 5 tahun ke depan.

Diketahui, PTBA memiliki tiga lokasi di unit pertambangan Tanjung Enim (UPTE). Selain Tambang Air Laya, produksi batu bara juga bersumber dari Tambang Muara Tiga Besar Utara (MTB), serta Banko Barat dan Banko Tengah. 

Adapun total produksi UPTE sepanjang 2020 mencapai 24,23 juta ton. Saat ini produksi tertinggi berada di Banko Barat dan Banko Tengah yang menapai 11,71 juta ton.

“Kami mulai masuk Banko dan MTB hampir bersamaan, sekitar tahun 1993. Arah ekspansi di sektor hulu memang ke Banko karena cadangannya sampai 1 miliar ton di sana,” katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper