Bisnis.com, JAKARTA - Saham Xiaomi Corp melonjak di Hong Kong setelah pengadilan Amerika Serikat membatalkan larangan Departemen Pertahanan untuk membatasi investasi dalam negeri di raksasa ponsel pintar China itu.
Saham produsen perangkat elektronik itu melonjak sebanyak 12 persen, Senin, (15/3/2021), kenaikan harian terbesar dalam hampir sebulan.
Di bawah pemerintahan Trump, Departemen Pertahanan menempatkan Xiaomi dalam daftar perusahaan yang diduga memiliki hubungan dengan militer China, memicu pembatasan keuangan yang mulai berlaku minggu depan.
Hakim Distrik AS Rudolph Contreras pada Jumat pekan lalu menghentikan sementara larangan tersebut. Pengadilan berpihak pada Xiaomi dalam gugatan yang menyatakan bahwa langkah itu sewenang-wenang dan berubah-ubah.
Sebelumnya, setelah larangan Departemen Pertahanan diumumkan, pabrikan smartphone itu menghadapi kemungkinan dicabut dari bursa AS dan dihapus dari indeks patokan global, menghapus sebanyak US$ 44 miliar dari nilai pasarnya.
Xiaomi dapat membalikkan sentimen negatif atas perintah sementara terhadap larangan investasi AS, ditambah dengan rencana pembelian kembali sebesar 10 miliar dolar Hong Kong. Meskipun fundamentalnya membaik, harga saham pembuat ponsel pintar itu turun 22,5 persen sejak larangan diumumkan pada 15 Januari lalu.
Baca Juga
"Xiaomi tetap dalam posisi yang baik untuk terus merebut pangsa pasar di tengah pembatasan Huawei dan mendorong harga rata-rata dan margin lebih tinggi dengan peluncuran perangkat 5G," kata analis Bloomberg, Matthew Kanterman dan Nathan Naidu.
Didirikan lebih dari satu dekade lalu oleh miliarder Lei Jun, Xiaomi adalah produsen smartphone terbesar ketiga di dunia berdasarkan volume. Pada kuartal ketiga, perusahaan itu melampaui Apple Inc. dalam penjualan ponsel pintar. Perusahaan telah menarik sejumlah investor Amerika seperti Qualcomm Inc. hingga Vanguard Group dan BlackRock Inc.
Xiaomi berencana untuk terus meminta pengadilan menyatakan pelabelan hubungannya dengan militer sebagai pelanggatan hukum, dan untuk secara permanen menghapus penunjukan tersebut.
Pada November 202p, mantan Presiden Donald Trump menandatangani perintah yang melarang investasi Amerika di perusahaan China yang dimiliki atau dikendalikan oleh militer dalam upaya untuk menekan Beijing atas apa yang digambarkan AS sebagai praktik bisnis yang kasar.
AS juga mengejar larangan pada aplikasi populer milik China seperti WeChat dan TikTok, yang dinilai menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional. Contreras mengesampingkan kekhawatiran itu dalam keputusannya.
"Pengadilan agak skeptis bahwa kepentingan keamanan nasional yang berat sebenarnya terlibat di sini," tulisnya.
Keputusan ini dapat membuka jalan bagi lebih banyak perusahaan untuk menantang pembatasan era Trump, dengan perusahaan negara seperti Huawei Technologies Co. dan Semiconductor Manufacturing International Corp. memiliki peluang lebih baik untuk memenangkan gugatan serupa. Saham SMIC naik sebanyak 3,3 persen di Hong Kong hari ini.
"Potensi kemenangan Xiaomi dapat menantang kebijaksanaan Menteri Pertahanan dalam mengklasifikasikan non-BUMN di China sebagai Perusahaan Militer China Komunis," tulis analis Edison Lee dalam sebuah catatan.
Dia melanjutkan, potensi kemenangan Xiaomi kemungkinan akan meningkatkan pembatalan banyak sanksi Trump terhadap perusahaan China.