Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri Indonesia menyebutkan bahwa keterlibatan produk dalam negeri sangat ditentukan pada saat proses perencanaan proyek.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Bidang Energi, Minyak dan Gas Bobby Gafur Umar mengatakan bahwa tim khusus Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) mengakui masih banyak produk dalam negeri yang belum bisa terserap pada sejumlah proyek besar yang digarap PT Pertamina.
Menurutnya, hal itu dikarenakan dalam perencanaan proyek seharusnya spesifikasi produk yang akan digunakan harus disesuaikan dengan yang tersedia di dalam negeri. Dengan demikian, produk dalam negeri bisa menggantikan produk yang harus diimpor.
"Sebenarnya kuncinya itu di perencanaan, perencanaan itu kan diatur spesifikasinya, produknya harus memakai kriteria seperti apa. Nah, itu banyak di situ masih memakai spesifikasi yang tidak ada di Indonesia sehingga akhirnya impor," katanya kepada Bisnis, pekan lalu.
Padahal, Bobby menuturkan bahwa dengan proyek-proyek raksasa yang dikerjakan Pertamina, nilai investasinya bisa sekitar US$50 miliar—US$60 miliar atau sekitar Rp840 triliun apabila menggunakan asumsi kurs Rp14.000.
Dari situ, dengan pemanfaatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sekitar 30 persen, maka industri dalam negeri berpotensi mendapatkan sekitar Rp250 triliun. Namun, permasalahannya adalah potensi dalam negeri tersebut belum dapat dimaksimalkan.
"Kemarin itu di Pertamina dilakukan audit oleh BPPT, BPKP, memang ternyata masih banyak yang secara belum maksimal menggunakan pipa dalam negeri," ungkapnya.
Selain pipa, kata Bobby, komponen lainnya seperti pipa baja, pompa, hingga konstruksi pelat baja yang digunakan untuk tangki belum secara maksimal menggunakan produk dalam negeri. Faktor barang impor yang lebih murah menjadi salah satu penyebab kurang kompetitifnya produk dalam negeri.
"Krakatau Steel kita tau sampai sekarang kita harus berkompetisi dengan produk impor yang terus masuk. Dengan policy pemerintah seharusnya sudah tidak boleh impor lagi," jelasnya.