Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) tidak berniat memperluas program stimulus darurat 1,85 triliun euro atau US$2,2 triliun, meskipun mereka berjanji pada hari Kamis lalu (11/3/2021) untuk meningkatkan laju pembelian obligasi dan menjaga imbal hasil tetap terkendali.
Keputusan Dewan Pengurus untuk melakukan pembelian pada kecepatan yang lebih tinggi secara signifikan selama tiga bulan ke depan berarti membeli utang pada tingkat yang lebih cepat daripada yang dijadwalkan, kata beberapa pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) yang meminta anonim kepada Bloomberg.
Pembelian kemudian akan melambat jika prospek ekonomi membaik. Keputusan ECB untuk mempercepat pembelian obligasi ini dicapai setelah berminggu-minggu menghadapi kenaikan imbal hasil surat utang di negara maju yang memicu kekhawatiran di antara beberapa pembuat kebijakan bahwa zona euro belum siap untuk mengatasi biaya pinjaman yang lebih tinggi.
Pergeseran pasar sebagian didorong oleh pemulihan yang cepat di AS, di mana vaksinasi lebih cepat dan stimulus fiskal lebih besar daripada di zona euro.
Para pembuat kebijakan setuju bahwa telah terjadi beberapa pengetatan kondisi keuangan sebagai akibat dari hasil yang lebih tinggi dalam beberapa pekan terakhir, meskipun mayoritas dari pejabat bank sentral ini mengungkapkan bahwa mereka tidak terlalu khawatir.
Program pembelian pandemi akan berjalan setidaknya hingga akhir Maret 2022, dan memiliki 'daya tembak' yang tersisa hingga mendekati 1 triliun euro. ECB mengatakan kebijakan itu dapat dikalibrasi ulang, yaitu ditingkatkan jika diperlukan.