Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Janet Yellen Sebut Stimulus Biden Tak Akan Sebabkan Masalah Inflasi

Yellen mengatakan pemerintah memiliki alat kebijakan untuk membendung inflasi jika naik terlalu tinggi.
Menteri Keuangan perempuan pertama di Amerika Serikat Janet Yellen/ Bloomberg
Menteri Keuangan perempuan pertama di Amerika Serikat Janet Yellen/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menepis kekhawatiran bahwa stimulus pandemi senilai US$ 1,9 triliun dari Presiden Joe Biden akan menyebabkan masalah inflasi.

Mantan Gubernur Bank Sentral AS tersebut berusaha mendorong pemulihan lebih dalam ke pasar tenaga kerja AS untuk mengatasi kesenjangan ekonomi yang sudah berlangsung lama.

Yellen berulang kali menolak kekhawatiran bahwa stimulus Biden bernilai terlalu besar mengingat tanda-tanda pemulihan ekonomi, dan pelarian inflasi dapat merusak ekonomi.

"Saya benar-benar tidak berpikir itu akan terjadi. Inflasi sebelum pandemi terlalu rendah. Kalau ternyata inflasi, ada alat untuk mengatasinya,” ujarnya dilansir Bloomberg, Selasa (9/3/2021).

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS telah melonjak selama sebulan terakhir karena investor membangun prospek mereka dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Yellen mengatakan tindakan yang paling mendesak adalah pemungutan suara DPR pada hari ini untuk mengesahkan revisi Senat pada RUU bantuan pandemi. Ketua DPR Nancy Pelosi telah memperkirakan persetujuan.

Undang-undang itu mencakup peningkatan tunjangan pengangguran hingga 6 September dan pembayaran stimulus bagi mereka yang berpenghasilan kurang dari US$80.000, termasuk keringanan pinjaman mahasiswa bebas pajak.

"Kami sedang menjalani pola pemulihan berbentuk K, di mana orang-orang berpenghasilan tinggi pulih jauh lebih baik daripada mereka yang berada di bawah tangga ekonomi, yaitu pekerja berupah rendah dan minoritas,” kata Yellen.

Yellen mengatakan masalahnya sudah ada sebelum virus corona tetapi menjadi semakin buruk karena pandemi. Tingkat pengangguran bagi orang kulit hitam, yang memiliki bagian yang tidak proporsional dari pekerjaan berupah rendah dan keanggotaan serikat, dua kali lipat dari orang kulit putih selama 50 tahun terakhir.

Hal itu sebagian karena pembuat kebijakan secara menarik kembali dukungan tepat ketika manfaat pertumbuhan mulai menyentuh pekerja berpenghasilan rendah untuk menghindari inflasi yang tak terkendali.

Gubernur Federal Reserve Jerome Powell telah berjanji untuk tidak membiarkan kesalahan yang sama terulang, sementara Yellen bersiap untuk beralih dari upaya bantuan krisis ke penciptaan lapangan kerja melalui apa yang oleh pemerintah disebut program "membangun kembali dengan lebih baik" yang mencakup infrastruktur pengeluaran.

Tingkat payroll AS tetap turun lebih dari 9 juta dibandingkan dengan puncak sebelum Covid-19 melanda. Tingkat pengangguran kulit hitam naik menjadi 9,9 persen pada Februari bahkan saat tingkat keseluruhan turun menjadi 6,2 persen.

Yellen menegaskan kembali harapannya atas rencana bantuan untuk mengembalikan AS ke tingkat pekerjaan penuh tahun depan.

Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgievadalam sebuah acara memuji kebijakan Yellen. Kristalina menyebut kebijakan AS sangat progresif.

Berbicara pada Hari Perempuan Internasional, Yellen dan Georgieva menyoroti pentingnya mengatasi ketidaksetaraan yang dihadapi oleh perempuan dan membawa lebih banyak dari mereka ke bidang ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper