Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Volatile Food Jelang Ramadan Nyaris 2 Persen, Antisipasi Disiapkan

Tingkat inflasi volatile food jelang Ramadan mendekati level 2 persen menjadi acuan pemerintah dalam mengambil langkah antisipasi.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Oke Nurwan./Kemendag.go.id
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Oke Nurwan./Kemendag.go.id

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut tingkat inflasi untuk komoditas pangan volatile food pada periode Ramadan-Idulfitri 2021 mendekati level 2 persen. Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan 2019-2020 yang kurang dari 1 persen.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menilai angka-angka tersebut menjadi titik pijak bagi pemerintah dalam mengambil langkah antisipasi menjelang masa Ramadan-Idulfitri.

"Angka-angka tersebut seyogyanya menjadi benchmark bagi pemerintah dalam mengambil langkah antisipatif menjelang puasa dan lebaran 2021," ujar Oke dalam acara diskusi panel Ketersediaan dan Stabilisasi Harga Bapok, Jumat (5/3/2021).

Dia menjelaskan meskipun terdapat perkiraan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih, pemerintah tetap perlu mengambil langkah antisipatif. Terutama untuk memastikan ketersediaan serta kestabilan harga kebutuhan pokok.

Hal tersebut, jelasnya, diperlukan menyikapi adanya potensi kenaikan permintaan harga barang pokok yang disebut akan memicu inflasi serta beberapa penyebab lain yang dapat mengganggu produksi dan dan distribusi di dalam negeri.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah memperkirakan ketersediaan bahan pangan di pasar selama periode Ramadan-Idulfitri yang akan jatuh pada periode April-Mei 2021 relatif aman. Persentase kegagalan pengendalian ketersediaan bahan pangan selama 10 tahun pun di bawah 2 persen.

Berdasarkan kesepakatan antara Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Perdagangan (Kemendag), pemangku kepentingan lain, termasuk Satuan Tugas Pangan, kemungkinan gagalnya pengendalian ketersediaan bahan pangan diasumsikan kecil, yakni di angka 4 persen.

"Kesepakatan tersebut sudah dengan memperhitungkan adanya cuaca ekstrem dan gangguan-gangguan pertanaman yang lain," ujar Kepala BKP Agung Hendriadi dalam acara diskusi panel Ketersediaan dan Stabilisasi Harga Bapok, Jumat (5/3/2021).

Asumsi tersebut, sambungnya, didasarkan kepada beberapa hal, antara lain masih tersedianya stok akhir tahun lalu untuk sejumlah bahan pangan, dan telah disusunnya rencana importasi untuk bahan-bahan yang memang harus diimpor.

Misalnya untuk beras, masih tersisa stok tahun lalu sebanyak 7,3 juta ton. Selain itu, stok tahun lalu juga masih tersedia untuk jagung sebanyak 854.713 ton dan minyak goreng sebanyak 512.500 sehingga diperkirakan aman. Adapun, komoditas bahan pangan yang masuk ke dalam rencana impor pemerintah adalah kedelai sebanyak 1 juta ton), bawang putih 257.824 ton, daging sapi/kerbau 154.398 ribu ton, dan gula pasir 646.944 ribu ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper