Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia Investment Authority (INA) atau lembaga pengelola investasi (LPI) hasil UU Ciptaker menargetkan mendatangkan investasi berupa modal atau ekuitas. Strateginya melalui pembentukan kolaborasi investasi dan memberikan kepastian hukum.
Anggota Dewan Pengawas Indonesia Investment Authority Cyril Noerhadi menuturkan Indonesia memiliki prospek sebagai negara dengan jumlah warga negara yang besar. Artinya, potensi pasar yang besar menjadi daya tarik bagi investor asing ke Indonesia.
"Tentu salah satunya bermitra dengan pihak yang terpercaya dan di sini pihak pemerintah Indonesia ikut berinvestasi. Katakanlah dari 100 persen dana investasi, investor asing katakanlah 65-70 persen, lokal dana pensiun ada yang mau ikut 10 persen, dan sisanya 20 persen dari pemerintah misalnya," jelasnya, Kamis (4/3/2021).
Menurutnya, ketika 100 persen dana investasi tersebut sudah masuk kepada aset tujuan investasi bentuknya akan berupa modal bersama dari beberapa entitas tersebut, investor asing, lokal, dan pemerintah.
Selain memberikan kepastian hukum melalui INA, tak kalah penting untuk mengetahui besaran imbal hasil atau return dari proyek yang diinvestasikan. Sementara, return investasinya pun tetap tidak bergaransi sehingga risiko tetap ada.
"Apakah return bergaransi? Tidaklah, paling hanya deposito yang dijamin itupun ada kondisinya. Jadi risiko tetap ada dan harus dipahami betul risiko itu oleh investor asing," jelasnya.
Baca Juga
Dalam rangka memahami risiko tersebut, INA akan membantu melakukan due diligence melalui pemeriksaan terhadap target aset yang akan menjadi tujuan investasi.
"Dilihat sejauh mana apakah greenfield atau ground field sejauh mana return kinerja yang sudah beroperasi, aset yang sudah beroperasi seberapa baik kinerjanya dalam 2, 3, dan 5 tahun sejak aset operasi," katanya.
Due diligence di awal ini menjadi basis bagi investor melihat proyeksinya investasinya. "Itu adalah cara menarik investor asing, bersama INA dan yang masuk ekuitas, jadi ini membuat shifting tidak hanya utang terhadap PDB selalu meningkat, menjadi timbangan dari adanya modal," imbuhnya.
Cyril menegaskan strategi investasi INA fokus kepada ekuitas bagi mitra yang diinvestasikan. Dengan demikian, sumber dana yang tadinya hutang menjadi modal dan dampaknya memperbaiki struktur permodalan dari target aset.
Adapun, sektor prioritasnya kali ini infrastruktur transportasi termasuk jalan tol pelabuhan maupun bandar udara. Rentang waktu investasinya untuk menengah-panjang antara 5 hingga 10 tahun dengan fokus geografis dalam negeri.