Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan bahwa pembangunan jaringan listrik pintar atau smart grid mampu membantu mempercepat proses elektrifikasi di wilayah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar).
"Teknologi smart grid tidak terbatas hanya pada teknologi informasi dan komunikasi saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk otomasi sistem kelistrikan yang efisien di daerah 3T dengan memanfaatkan energi terbarukan setempat melalui konsep smart micro grid," ujar Arifin dalam webinar Implementasi Smart Grid, Jumat (26/2/2021).
Pemerintah telah memandatkan melalui Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020—2024 bahwa lima jaringan smart grid ditargetkan dibangun di Jawa dan Bali setiap tahun.
Arifin menuturkan bahwa pengembangan teknologi smart grid ini juga telah masuk dalam Grand Strategi Energi Nasional dan draf RUPTL PT PLN (Persero) yang tengah difinalisasi.
Guna mengakselarasi pengembangan smart grid, tutur Arifin, dibutuhkan kesatuan persepsi prinsip, teknologi, regulasi, dan dukungan investasi dari sektor perbankan. Dalam konteks ini, dukungan pemerintah daerah sangat signifikan dalam memberi kemudahan perizinan, penyediaan lahan, dan penganggaran.
Hal ini sejalan dengan amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang ESDM sebagai turunan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Baca Juga
"Salah satu amanat di PP tersebut adalah pemerintah daerah menyediakan anggaran atau dana untuk masyarakat kurang mampu dan dapat menggunakan dana tersebut untuk membangun teknologi smart grid untuk mempercepat capaian rasio elektrifikasi di wilayah masing-masing," katanya.
Pengembangan smart grid diharapkan mampu meningkatkan rasio elektrikasi nasional yang sudah mencapai 99,20 persen sampai dengan akhir 2020.
Adapun dalam meningkatkan rasio elektrifikasi ini, pemerintah telah menerapkan sejumlah strategi, antara lain melalui perluasan jaringan di wilayah yang sudah on-grid untuk peningkatan keandalan dan efisiensi. Sementara itu, khusus daerah 3T, pemerintah melakukan pendekatan off-grid untuk memperluas akses tenaga listrik di antaranya dengan solar PV, tabung listrik (talis).
Di sisi lain, Arifin menambahkan bahwa teknologi smart grid juga dapat meningkatkan partisipasi konsumen listrik dalam sistem ketenagalistrikan dengan pemasangan smart meter yang menggunakan konsep komunikasi dua arah.
"Konsumen akan berubah menjadi prosumer atau konsumen yang bisa memproduksi listrik mereka sendiri, baik menggunakan solar home system atau mikrohidro," katanya.
Sementara itu, Arifin mengapresiasi upaya PLN yang berhasil melakukan modernisasi infrastruktur ketenagalistrikan melalui digitalisasi dengan penerapan Advanced Metering Infrastructure (AMI) di Jakarta dan penerapan Digital Substation di proyek Sepatan II. Pengembangan smart grid juga telah dilakukan melalui Remote Engineering, Monitoring, Diagnostic & Optimization Center (REMDOC) dan Reliability Efficiency Optimization Center (REOC).