Bisnis.com, JAKARTA- PT PLN (Persero) terus mendorong pengembangan smart grid untuk menjawab sejumlah tantangan dalam penyediaan tenaga listrik.
Dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN Tahun 2021-2030 yang dikutip, Rabu (23/6/2021), roadmap pengembangan smart grid telah diatur lebih rinci. Untuk periode 2021-2025, pengembangan smart grid akan difokuskan pada keandalan, efisiensi, customer experience, dan produktivitas grid.
Beberapa program yang akan dilakukan antara lain, digitalisasi pembangkit, otomasi gardu transmisi dan distribusi, distribution grid management, membangun infrastruktur kendaraan listrik dan e-mobility, mengimplementasikan smart micro grid, dan implementasi advance metering infrastructure secara bertahap.
Sedangkan untuk 2026 dan seterusnya, pengembangan smart grid fokus pada ketahanan, customer engagement, sustainability, dan self healing.
Executive Vice President Engineering and Technology PLN Zainal Arifin mengatakan bahwa pengembangan smart grid dalam jangka pendek (2021-2025) diperkirakan membutuhkan capex sekitar Rp10-Rp25 triliun. Sedangkan dalam jangka panjang, estimasi capex yang dibutuhkan sekitar Rp30-Rp50 triliun.
"Pengembangan smart grid di Indonesia adalah untuk menjawab tantangan penyediaan tenaga listrik, yakni efisiensi/losses, reliability, resiliency, dan sustainability, serta untuk mendukung proses transisi energi," ujar Zainal dalam acara RE Invest Indonesia-Japan, Selasa (22/6/2021).
Sementara itu, menurut Founder dan Chairman Prakarsa Jaringan Cerdas Indonesia (PJCI) Eddie Widiono mengatakan bahwa banyaknya pembangkit listrik intermiten seiring dengan program transisi energi di Indonesia ke depan, diperkirakan akan menjadi penggerak utama pengembangan smart grid di Indonesia.
Pengembangan smart grid juga akan didorong oleh pesatnya perkembangan kendaraan listrik dan program konversi pembangkit listrik tenaga diesel menjadi pembangkit listrik hybrid (PLTS+storage+base load) yang dilakukan PLN.
"Kenapa Indonesia butuh smart grid? Untuk memungkinkan integrasi sejumlah besar pembangkit terdistribusi, seperti minihidro, angin, surya, dan lainnya untuk memenuhi komitmen Perjanjian Paris. Kemudian, untuk mengatasi sifat intermitensi dari sisi pembangkit dan pengguna dalam penggunaan PLTS atap, PLTS farm, dan pembangkit tenaga angin," katanya.