Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom menilai daya tarik investasi baru di industri pengolahan berorientasi ekspor bakal sangat bergantung pada keunggulan komparatifnya. Industri dengan bahan baku di dari dalam negeri dinilai akan lebih potensial meski pemerintah menawarkan kemudahan pengadaan bahan baku impor.
“Investasi ini akan sangat tergantung apakah produknya memiliki keunggulan komparatif, misal di industri pengolahan nikel kita jelas unggul sehingga ekspornya naik untuk produk turunan,” kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal saat dihubungi, Kamis (25/2/2021).
Dia memberi catatan bahwa hal serupa belum tentu terjadi pada industri berorientasi ekspor lainnya yang memiliki ketergantungan bahan baku impor cukup tinggi. Sejumlah tantangan fundamental investasi di dalam negeri acap kali membuat Indonesia kalah bersaing dengan peer countries seperti Vietnam dan Thailand.
“Insentif pajak, kemudahan bahan baku dan lainnya ini sebenarnya juga ditawarkan negara lain. Namun perlu dicatat bahwa kendala fundamental investasi bukan itu saja. Ada masalah logistik dan biaya energi yang terkadang membuat produk RI tidak bersaing di pasar luar,” tuturnya.
Hambatan fundamental inilah yang justru membuat daya tarik investasi di Indonesia terkadang hanya terbatas pada besarnya pasar dalam negeri. Faisal berpendapat hal inilah yang harus dibenahi agar investasi yang masuk bisa dioptimalisasi untuk meningkatkan devisa ekspor.
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengemukakan lahirnya investasi di bidang usaha berorientasi ekspor sejatinya tidak melulu didorong oleh kehadiran insentif yang ditawarkan pemerintah. Lebih dari itu, kondisi lingkungan bisnis akan sangat memengaruhi keberlanjutan investasi.
Baca Juga
“Export oriented bukan hanya soal insentif, namun apakah lingkungan usahanya mendukung atau tidak. Ini bisa dilihat dari peraturan investasi, aturan perdagangan dan ketenagakerjaannya. Ini yang lebih penting daripada insentif fiskal,” kata Yose.
Dia mengemukakan aspek yang dicari para investor sejatinya adalah jaminan keamanan investasi yang mereka tanamkan, salah satunya dari sisi perdagangan. Dia mengilustrasikan kebijakan kewajiban komponen dalam negeri yang bisa jadi malah mengambat lahirnya investasi baru.