Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertama Kalinya, Swiss Puncaki Indeks E-Commerce Global

Kini pertama kalinya, Swiss memimpin Indeks E-Commerce B2C UNCTAD, tepat di atas Belanda. Pada 2019, 97 persen populasi Swiss menggunakan internet. Satu-satunya ekonomi di luar Eropa di antara 10 besar adalah Singapura, peringkat keempat, dan Hong Kong (China) di posisi ke-10.
Bendera nasional Swiss di Bern/ Bloomberg - Stefan Wermuth
Bendera nasional Swiss di Bern/ Bloomberg - Stefan Wermuth

Bisnis.com, JAKARTA - Swiss menggantikan Belanda di puncak Indeks e-commerce dunia versi United Nation Conference on Trade and Development (UNCTAD) 2020. Indeks tersebut memberi peringkat 152 negara pada kesiapan mereka untuk terlibat dalam perdagangan online.

Menurut indeks itu, Eropa sejauh ini tetap menjadi kawasan yang paling siap untuk dagang-el. Namun, kesenjangan yang lebar dengan negara-negara dengan tingkat kesiapan terendah perlu diatasi.

Kini pertama kalinya, Swiss memimpin Indeks E-Commerce B2C UNCTAD, tepat di atas Belanda. Pada 2019, 97 persen populasi Swiss menggunakan internet. Satu-satunya ekonomi di luar Eropa di antara 10 besar adalah Singapura, peringkat keempat, dan Hong Kong (China) di posisi ke-10.

Indeks tersebut menilai pasar belanja online di 152 negara yang bernilai sekitar US$ 4,4 triliun secara global pada 2018, naik 7 perse dari tahun sebelumnya.

Negara dinilai berdasarkan akses ke server internet yang aman, keandalan layanan, infrastruktur pos, dan porsi populasi mereka yang menggunakan internet dan memiliki akun di lembaga keuangan atau penyedia layanan uang seluler.

Sementara itu, sepuluh negara berkembang dengan skor tertinggi semuanya berasal dari Asia dan diklasifikasikan sebagai ekonomi berpenghasilan tinggi atau menengah ke atas.

Di ujung lain spektrum, negara-negara kurang berkembang menempati 18 dari 20 posisi terbawah.

Dua pasar e-commerce B2C terbesar di dunia, China dan Amerika Serikat, masing-masing menempati peringkat ke-55 dan ke-12 dalam indeks. Meskipun kedua negara memimpin dalam beberapa tindakan absolut, mereka tertinggal dalam perbandingan relatif.

Misalnya, penetrasi internet di Amerika Serikat lebih rendah daripada di negara mana pun yang termasuk dalam 10 besar negara, sementara China menempati peringkat ke-87 di dunia dalam indikator ini. Untuk penetrasi belanja online, Amerika Serikat menempati peringkat ke-12 sedangkan China menempati peringkat ke-33.

“Kesenjangan e-commerce tetap besar. Bahkan di antara negara G20, sejauh mana orang berbelanja online berkisar dari 3% di India hingga 87% di Inggris Raya," kata Shamika N. Sirimanne, direktur divisi UNCTAD yang menyiapkan indeks tahunan, dilansir Selasa (23/2/2021).

Selain itu, di Kanada, Amerika Serikat, dan 10 negara Eropa, lebih dari 70 persen populasi orang dewasa melakukan pembelian secara online. Namun, proporsi itu jauh di bawah 10 persen di sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.

“Pandemi COVID-19 telah membuatnya lebih mendesak untuk memastikan negara-negara yang tertinggal dapat mengejar dan memperkuat kesiapan perdagangan elektronik mereka,” kata Sirimanne.

Indeks tersebut, katanya, menggarisbawahi perlunya pemerintah berbuat lebih banyak untuk memastikan lebih banyak orang dapat memanfaatkan peluang e-commerce. “Jika tidak, bisnis dan masyarakat mereka akan kehilangan peluang yang ditawarkan oleh ekonomi digital, dan mereka akan kurang siap menghadapi berbagai tantangan,” tambahnya.

Indeks edisi 2020 mencakup beberapa perubahan penting dari tahun sebelumnya. Dalam komposisi 10 besar posisi, Hong Kong menggantikan Australia. Di antara 10 negara berkembang teratas, Oman menggantikan Turki.

Empat peningkatan terbesar dalam skor indeks dicatat di negara-negara berkembang seperti Aljazair, Brasil, Ghana dan Republik Demokratik Rakyat Laos, yang skornya melonjak setidaknya lima poin, sebagian besar karena peningkatan signifikan dalam keandalan pos.

Kosta Rika menjadi pemain terbaik di kawasan Amerika Latin dan Karibia (LAC), menggantikan Chili. Mauritius mempertahankan skor tertinggi di sub-Sahara Afrika, sementara Belarusia kembali mendapat skor tertinggi di antara negara-negara transisi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper