Bisnis.com, JAKARTA – Kuartal II/2021 hingga kuartal III/2021 akan menjadi periode yang menentukan bagi keberlanjutan industri penerbangan setelah melalui low season pada kuartal I/2021.
Pemerhati penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia (Japri) Gerry Soedjatman mengatakan biasanya pada low season ini, napas maskapai memang kembali tersengal-sengal. Penurunan jumlah penumpang pada periode ini akan berada jauh di bawah kuartal I/2020.
Menurutnya, enam bulan setelah kuartal I/2021 menjadi penentu bagi ketahanan maskapai karena biasanya puncak terbesar jumlah penumpang biasanya terjadi pada musim lebaran.
“Lebaran tahun ini di kuartal II/2021. Tak hanya soal kebijakan tetapi juga bagaimana penumpang nantinya lebaran dan musim libur tengah tahun menjadi periode paling penting,” ujarnya, Rabu (16/2/2021).
Menurutnya, masa pemulihan menjadi sangat penting karena maskapai saat ini bisa bertahan hidup setelah menunda pembayaran, negosiasi sewa dan menekan biaya-biaya lainnya. Namun, tentunya, pembiayaan yang bersifat penundaan ini tidak bisa selamanya dilakukan oleh maskapai, seperti gaji, tunjangan hari raya, dan lainnya.
Gerry pun mengaku cukup khawatir akan keberlangsungan maskapai pada tahun ini karena setelah melihat angka penumpang pada Desember lalu hanya mencapai 55 persen dibandingkan dengan penumpang pada Desember 2019.
Baca Juga
“Intinya sih, semuanya memang tergantung dengan perkembangan wabah ini,” tekannya.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto mengatakan telah menganggarkan lebih dari Rp200 miliar untuk subsidi bagi penumpang pesawat pada 2020. Menurutnya kendati subsidi ini diberikan kepada penumpang tetapi dampaknya secara tak langsung menaikkan tingkat keterisian atau load factor maskapai.
“Pada 2021 Kami sudah berjuang memasukan usulan ini kembali dilakukan perpanjangan memberikan subsidi kepada penumpang sehingga harapan kami stimulus kepada penumpang untuk dapat melakukan penerbangan domestik ini tetap bisa survive,” ujarnya.