Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangsa Pasar Krakatau Steel Melaju Berkat Pengendalian Impor 

Inisiatif efisiensi yang dilakukan Krakatau Steel berhasil menurunkan biaya operasional sebesar 41 persen dari US$337,5 juta pada 2019 menjadi US$198 juta pada 2020
Pekerja memotong lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten. ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN
Pekerja memotong lempengan baja panas di pabrik pembuatan hot rolled coil (HRC) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk di Cilegon, Banten. ANTARA/ASEP FATHULRAHMAN

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri besi dan baja menilai upaya pengendalian impor yang dilakukan oleh pemerintah telah membuahkan hasil positif.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, impor besi dan baja pada 2020 mengalami penurunan sebesar 36 persen menjadi 4,47 juta ton dibandingkan dengan 2019 sebesar 6,96 juta ton. 

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim mengatakan produsen besi dan baja nasional mengapresiasi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian atas kinerjanya pada 2020 dalam mengendalikan impor baja sehingga impor baja dapat menurun. 

Salah satu regulasi yang mengatur pengendalian impor besi dan baja dalam negeri adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 3/2020 tentang Ketentuan Impor Besi atau Baja, Baja Paduan, dan Produk Turunannya. 

Upaya pengendalian impor besi dan baja juga menjadi prioritas Kementerian Perindustrian dalam meningkatkan pertumbuhan industri melalui implementasi Sistem Database Supply-Demand Besi dan Baja Nasional (SIBANA) serta kebijakan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai technical barrier impor. 

"Penurunan impor besi dan baja tahun lalu berdampak signifikan terhadap peningkatan kinerja serta utilisasi industri. Pangsa pasar produk utama Krakatau Steel sendiri yaitu Hot Rolled Coil [HRC] dan Cold Rolled Coil [CRC] mengalami peningkatan masing-masing dari 35 persen dan 14 persen pada 2019 menjadi sebesar 45 persen dan 21 persen pada 2020," katanya melalui siaran pers, Kamis (11/2/2021). 

Seiring dengan hal tersebut, Silmy mengatakan ada peningkatan pangsa pasar Krakatau Steel pada 2020. Selain didukung peran pengendalian impor, perseroan saat ini lebih berdaya saing dengan berhasil menurunkan biaya operasionalnya.

Inisiatif efisiensi yang dilakukan Krakatau Steel berhasil menurunkan biaya operasional sebesar 41 persen dari US$337,5 juta pada 2019 menjadi US$198 juta pada 2020 yang mendorong meningkatnya daya saing Krakatau Steel di pasar baja domestik. 

"Penurunan impor besi dan baja pada 2020 merupakan angin segar bagi industri baja dalam negeri. Hal ini dapat terus berlanjut tahun ini agar upaya peningkatan utilisasi industri besi dan baja nasional dapat segera terwujud. Kerja sama yang baik antara pemerintah dengan industri diharapkan terus meningkat sehingga ikut menopang pembangunan ekonomi Indonesia," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper