Bisnis.com, JAKARTA – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai sistem autothrottle pada Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh pada 9 Januari 2021 mengalami anomali yang mengakibatkan sistem tetap bergerak dan pilot gagal melakukan upaya pemulihan.
Ketua Sub Komite IK Penerbangan KNKT Capt Nurcahyo menjelaskan dari perekam data penerbangan (flight data recorder/FDR) dapat diketahui bahwa sistem autothrottle pada bagian kiri pesawat bergerak mundur pada saat detik-detik terakhir sebelum pesawat jatuh. Namun, dia belum dapat memastikan apakah kerusakan terjadi di bagian kiri tersebut.
“Karena dua-duanya [autothrottle] mengalami anomali. Anomalinya karena yang bagian kiri mundurnya terlalu jauh, [sedangkan] yang kanan tidak bergerak seperti macet,” ujarnya, Rabu (10/2/2021).
Adapun detik-detik sebelum jatuh dan berbelok arah pesawat Boeing 737-500 tersebut pada pukul 14.39.47 melewati ketinggian 10.600 kaki dengan arah pesawat berada 046° mulai berbelok kiri. Lalu tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur, sedangkan yang kanan masih tetap.
Pemandu lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) memberikan instruksi kepada pilot untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pada pukul 14.39.59 WIB. Ini merupakan komunikasi terakhir dari pesawat dengan registrasi PK-CLC tersebut.
Setelah komunikasi terakhir tersebut, pukul 14.40.05 WIB, FDR merekam ketinggian pesawat. Selanjutnya, kata Nurcahyo, pesawat mulai turun dan kondisi autopilot tidak aktif ketika pesawat berada pada posisi 016°. Posisi pesawat naik dan miring ke kiri.
Baca Juga
Tuas pengontrol tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang sedangkan yang kanan tetap. Pada pukul 14.40.10 FDR mencatat autothrottle tidak aktif dan pesawat berada pada posisi menunduk.
“20 detik kemudian FDR berhenti merekam data,” ujarnya.
Nurcahyo menekankan sistem autothrottle ini mendapat masukan dari 13 komponen terkait. Menurutnya apakah penyebab dari komponen yang mana belum dapat terlihat. Nurchayo pun berharap bisa menganalisanya dengan sejumlah komponen yang telah dikirimkan ke Amerika Serikat.
Menurutnya hal tersebut juga masih harus dipastikan dengan adanya cockpit voice recorder (CVR) atau rekaman percakapan dalam kokpit untuk mengetahui percakapan dan diskusi yang sedang dilakukan oleh pilot.