Bisnis.com, JAKARTA - Beras Indonesia yang dijual dengan harga yang lebih murah di luar negeri sebagai suatu hal yang dilatarbelakangi oleh pertimbangan bisnis.
Pegiat Komite Pendayagunaan Petani dan Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori menyebutkan tidak ada regulasi yang mengatur tentang harga ekspor untuk beras premium maupun beras khusus. Di sisi lain, volume ekspor Indonesia untuk beras jenis tersebut cenderung amat kecil dibandingkan kebutuhan nasional.
“Untuk penjualan oleh swasta di luar negeri pasti ada kalkulasi bisnis. Tidak ada larangan untuk menjual dengan harga berapa pun untuk ekspor. Setahu saya yang diatur ketat ekspor impornya adalah beras medium,” kata Khudori saat dihubungi, Rabu (10/2/2021).
Jika merujuk pada Peraturan Menteri Perdagangan No. 1/2018 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras, ekspor beras untuk keperluan umum hanya diberikan kepada badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), dan perusahaan swasta yang mengantongi persetujuan ekspor dari Kementerian Perdagangan dan rekomendasi dari Kementerian Pertanian.
Adapun jenis beras yang dapat diekspor terbatas pada beras ketan dan beras dengan kriteria tertentu seperti diproduksi secara organik dengan tingkat kepecahan maksimal 25 persen serta beras nonorganik dengan tingkat kepecahan maksimal 5 persen.
Di sisi lain, beleid ini pun tidak secara eksplisit mengatur harga ekspor untuk komoditas beras. Selama ini pengaturan harga beras hanya menyasar perdagangan dalam negeri sebagaimana tertuang dalam Permendag No. 57/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras.
Baca Juga
“Kalau di tingkat ritel [di luar negeri] menjual dengan harga tersebut, saya kira itu karena kebijakan peritelnya,” sambung Khudori.
Khudori mengemukakan volume ekspor beras Indonesia sejatinya amat kecil dan biasanya merupakan stok sisa dari produksi nasiona. Di sisi lain, ekspor yang minim juga dilatarbelakangi oleh harga beras Indonesia yang cenderung lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata harga global atau harga pesaing.
“Biaya pokok kita memang mahal, lebih tinggi dari pesaing. Di sisi lain pasar beras sangat tipis. Konsumen dan produsen terpusat di Asia dan negara eksportir hanya mengekspor jika memang ada stok sisa,” katanya.