Bisnis.com, JAKARTA – Kehadiran Holding Ultramikro dinilai akan menjadi masalah bagi lender-lender berstatus rentenir yang tidak terdaftar di Otoritas Jasa keuangan (OJK).
Ketua Umum Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengatakan pelaku usaha di segmen ultramikro akan meraup benefit dari hadirnya peran Holding Ultra-Mikro di pasar-pasar tradisional.
“BRI, Pegadaian, dan PNM selama ini sudah menyasar segmen tersebut. Dengan bergabungnya tiga instansi ini, proses bisnis segmen ultramikro akan berlangsung secara efektif dan efisien.
Holding Ultramikro merupakan gabungan antara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).
Program tersebut langsung mengarah ke bagian vital dari struktur pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menyumbang 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Ikhsan menambahkan fokus BRI sebagai inisiator pada penyaluran kredit ke sektor usaha atau perusahaan yang memiliki rantai pasok serta pemberian non-cash loan structure akan membangun akses yang lebih mudah bagi pelaku usaha.
Baca Juga
“Targetnya kan BRI fokus menyalurkan RP1.000 triliun tahun ini. Itu nanti Holding akan langsung blusukan ke pasar-pasar tradisional, dan pelaksanaan seperti itu akan lebih efektif penyalurannya kalau lewat fintech,” sambungnya.
Dengan menawarkan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan rentenir, holding akan bersaing dengan lender-lender berstatus rentenir yang tidak terdaftar di OJK.
Dia juga berharap Holding Ultramikro dapat memadukan antara penyaluran pinjaman secara digital dan blusukan ke pasar-pasar tradisional membentuk bank keliling.
“Ke depannya, ini akan menjadi mesin penggerak pelaku usaha segmen ultramikro selama masa pemulihan ekonomi nasional,” jelasnya.