Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Diprediksi di Kisaran US$850-US$900 Per Ton

Jika vaksinasi berhasil dan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan IMF dan World Bank, penjualan CPO bisa meningkat dan berdampak pada stok akhir Indonesia yang lebih rendah.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020)./Bisnis-Arief Hermawan P.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor, Minggu (30/8/2020)./Bisnis-Arief Hermawan P.

Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi pasar yang lebih dinamis pada 2021 diperkirakan membawa harga minyak sawit di level US$850—900 per ton. Dinamika permintaan di destinasi utama serta kondisi pasokan minyak nabati bakal menjadi faktor pergerakan harga.

Wakil Ketua Umum III Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (Gapki) Togar Sitanggang mengatakan bahwa kondisi permintaan crude palm oil (CPO) akan dipengaruhi pada keberhasilan vaksinasi di berbagai negara.

Jika vaksinasi berhasil dan pertumbuhan ekonomi sesuai dengan proyeksi yang diterbitkan oleh sejumlah lembaga seperti IMF dan World Bank, Togar mengatakan bahwa penjualan CPO bisa meningkat dan berdampak pada stok akhir Indonesia yang lebih rendah.

“Jika demand Kembali, artinya kita akan berjualan lebih banyak. Kalau ditambah pemakaian dalam negeri khususnya B30, akan terjadi pengurangan stock level untuk indonesia pada akhir 2021,” kata Togar, Kamis (4/2/2021).

Selain faktor permintaan yang secara umum lebih baik dibandingkan tahun lalu, Togar menuturkan potensi pelemahan permintaan dari China juga akan memengaruhi dinamika harga.

Permintaan kedelai untuk pakan ternak yang lebih tinggi dari China disebutnya akan berimbas pada naiknya produksi minyak kedelai sehingga memengaruhi permintaan minyak sawit.

“Dari kombinasi dua hal ini, saya perkirakan pada 2021 rata-rata harga berada di kisaran US$850 sampai US$900 per ton CPO,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan bahwa kekhawatiran pelaku usaha sejatinya terletak pada potensi makin sempitnya selisih harga minyak kedelai dan minyak sawit.

Dalam hal produksi dan pasokan kedelai global dalam kondisi bagus, dia mengatakan selisih harga kedua komoditas ini bakal makin sempit.

“Dalam hal produksi kedelai bagus dan pasokan besar, gapnya akan makin sempit. Dan ini sering kami waspadai karena kompetisi dengan soybean oil jadi makin ketat. Yang harus dijaga itu gapnya, selama cukup besar permintaan CPO masih baik,” kata Joko.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat menjelaskan bahwa China merupakan pasar utama bagi produk oleokimia, satu-satunya produk turunan CPO yang tumbuh positif selama pandemi.

Dia menyebutkan bahwa volume ekspor produk itu ke China tahun lalu mencapai 952.000 ton. Posisi China disusul oleh Uni Eropa yang membeli 428.000 ton oleokimia dari Indonesia dan Amerika Serikat sebesar 218.000 ton.

“Untuk 2021 kami perkirakan peta ini belum banyak berubah, masih ke negara-negara tujuan utama,” kata Rapolo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper