Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) memberikan kewenangan penuh terhadap pilot untuk memastikan pesawat laik terbang pada saat menghadapi cuaca ekstrem di udara.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menegaskan peran pilot sangat penting dan besar adanya untuk memutuskan pada saat-saat terakhir tetap terbang atau tidaknya. Pilot dinilai yang paling mengetahui dengan persis prakiraan cuaca sepanjang perjalanan.
“Saya sebagai direktur utama tidak bisa memutuskan terbang atau tidak, itu kewenangan penuh pilot di saat terakhir kepastian pesawat terbang apalagi mengantisipasi cuaca ekstrem,” ujarnya, Rabu (3/2/2021).
Selain itu, Irfan menyebutkan dengan bermitra dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), perseroan akan memperoleh informasi cuaca yang lebih mutakhir. Hal ini untuk memastikan perjalanan seluruh pesawat menjadi lebih aman
Maskapai pelat merah tersebut juga telah menggandeng sejumlah lembaga prakiraan internasional seperti National Weather Service (NWS) sampai UK Meteorological untuk penerbangan internasional.
Irfan menegaskan seluruh pesawat yang diterbangkan juga diperiksa hingga mendapatkan persetujuan dari Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub untuk diterbangkan. Seluruh staf dan kru yang bekerja dipastikan memahami persis manualnya sehingga memiliki tingkat waspada yang tinggi.
Baca Juga
Terakhir, pihak perseroan memastikan panjang lintasan pendaratan di berbagai bandar udara telah mencukupi sebelum penerbangan dilakukan. Termasuk jika terjadi genangan air.
"Ini kembali lagi saya ingin selalu menegaskan, end of the day ialah pilot yang akan memutuskan pada saat-saat terakhir mengetahui persis sepanjang perjalanan prakiraan cuaca itu seperti apa," imbuhnya.
Sementara itu Edison, Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan, menyampaikan bahwa untuk cuaca penerbangan berdasarkan prediksi untuk tujuh hari ke depan, secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan.
Awan kumulonimbus (Cb) dengan persentase cakupan spasial maksimum antara 50 persen -75 persen (OCNL / Occasional) selama 7 hari ke depan diprediksi terjadi di: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Papua Barat, Papua, Perairan Utara Aceh, Perairan Barat Sumatera Barat, Selat Karimata sebelah Utara Kepulauan Bangka, Samudra Hindia sebelah barat Lampung hingga Jawa Timur, Laut Jawa, Laut Sumbawa, Selat Makassar, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Banda, Laut Seram, Laut Arafuru, Samudra Pasifik utara Papua Barat dan Papua.