Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Bahan Baku Industri Otomotif & TPT Masih Melambat Tahun Ini

Berdasarkan laporan Kementerian Perdagangan berjudul Indonesia Trade Outlook 2021, terjadi pelemahan terhadap impor bahan baku/penolong untuk industri kendaraan bermotor dan suku cadangnya, serta TPT.
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (8/9/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan kinerja impor di industri yang memerlukan bahan baku impor seperti kendaraan bermotor serta tekstil dan produk tekstil tahun lalu diperkirakan berlanjut. Pemerintah pun diharapkan mampu memanfaatkan peluang yang masih dimiliki.

Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (Ginsi) Subandi mengatakan bahwa anggota asosiasi mengurangi impor bahan baku untuk pelat mobil hingga 50 persen tahun lalu akibat penurunan daya beli dalam negeri.

Sementara untuk industri tekstil dan produk tekstil (TPT), lanjutnya, penurunan juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang ketat soal impor, kolapsnya sejumlah perusahaan, dan tidak terserapnya barang-barang yang beredar di pasaran.

“Perusahaan otomotif sekarang mengurangi produksi. Bahkan, banyak dari produk sebelumnya yang belum laku. Tekstil kondisinya juga sama,” jelas Subandi kepada Bisnis, Rabu (3/2/2021).

Berdasarkan laporan Kementerian Perdagangan berjudul Indonesia Trade Outlook 2021, terjadi pelemahan terhadap impor bahan baku/penolong untuk industri kendaraan bermotor dan suku cadangnya, serta TPT.

Dalam laporan tersebut, impor bahan baku kendaraan bermotor dan suku cadangnya minus 38 persen, kapas turun hingga 32,8 persen secara tahunan dan filamen buatan turun 29,9 persen secara tahunan.

Subandi menjelaskan bahwa pelaku-pelaku industri tekstil di daerah yang wajib melibatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk kegiatan produksi juga mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku.

“Bahkan, produsen Wadimor tidak sanggup memenuhi permintaan order karena tidak berani produksi banyak2-banyak,” ungkapnya.

Di industri TPT, lanjutnya, saat ini pelaku tidak dapat mengimpor bahan baku pembuatan sajadah tipis. Namun, bahan yang tersedia di dalam negeri harganya dikatakan jauh lebih mahal sehingga tidak mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri.

Tahun ini, Subandi memperkirakan kinerja impor untuk kedua sektor tersebut belum akan membaik mengingat banyaknya perusahaan yang kolaps ataupun membatasi kegiatan produksi.

Dia memproyeksikan kinerja impor RI tahun ini akan mengalami penurunan di kisaran 1 persen—2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper