Bisnis.com, JAKARTA – Kesulitan dalam berekspansi yang dialami oleh sejumlah pelaku industri Tanah Air tahun lalu akibat terkendala bahan baku dinilai mesti ditanggulangi oleh pemerintah dengan menggenjot kinerja impor.
Beberapa sektor industri, salah satunya otomotif, mengalami mengalami penurunan tajam dari sisi produksi sebesar 46 persen menjadi 690.150 unit. Adapun pasok pabrikan ke dealer (wholesale) terperosok 48 persen menjadi hanya 532.027 unit, sedangkan penjualan ritel juga terperosok 45 persen menjadi hanya 578.327 unit.
Selain industri otomotif, kinerja industri tekstil tahun lalu juga diproyeksi minus 5,41 persen oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Sementara untuk pakaian jadi, kinerjanya juga diproyeksi minus 7,37 persen pada 2020.
Penurunan kinerja tersebut seiring dengan kinerja impor produk-produk di kedua sektor yang mengalami pelemahan sepanjang 2020.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) dalam laporannya berjudul Indonesian Trade Outlook 2021, melaporkan industri otomotif serta tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi sektor yang paling terdampak, di mana impor bahan baku kendaraan bermotor dan suku cadangnya minus -38 persen, kapas -32,8 persen, dan filament buatan -29,9 persen.
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan salah satu cara untuk memperbaiki kondisi di industri-industri yang memerlukan pasokan impor bahan baku tahun adalah dengan bergabung ke dalam rantai nilai global dan regional.
Baca Juga
Menurutnya, baik pemerintah maupun pelaku industri dalam hal ini mesti mengubah cara pandang terhadap aktivitas impor yang selama ini dinilai buruk.
“Jadi, jangan menganggap impor itu jelek. Impor itu yang akan digunakan untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas manufaktur di Indonesia. Kita butuh itu semua,” kata Yose kepada Bisnis.com, Rabu (3/2/2021).
Dia menjelaskan, tidak seperti sektor mineral dan perkebunan di mana Indonesia tidak perlu mengimpor karena sudah memiliki sumber daya yang memadai, sektor manufaktur seperti halnya otomotif memerlukan banyak bahan baku yang harus diimpor.