Bisnis.com, JAKARTA - AirNav Indonesia mengelola total 1,2 juta pergerakan pesawat udara sepanjang 2020. Jumlah ini diklaim turun sebesar 43 persen dibandingkan dengan pada 2019.
Direktur Utama AirNav Indonesia M. Pramintohadi Sukarno mengatakan pergerakan pesawat udara tersebut terdiri dari 568.708 pergerakan keberangkatan, 570.896 pergerakan kedatangan dan 63.145 pergerakan lokal. Secara year to year (y-o-y) 2020 dibandingkan dengan 2019, terdapat akumulasi penurunan sebesar 43 persen. Penurunan paling signifikan terjadi pada bulan April yaitu sebesar 66 persen, Mei 84 persen, dan Juni sebesar 72 persen.
Penurunan pergerakan pesawat udara akibat pandemi Covid-19 tidak hanya dialami di Indonesia saja, tetapi seluruh industri penerbangan dunia. Sebagai contoh perbandingan, Thailand mencatatkan penurunan tahunan sebesar 56 persen sedangkan Singapura mengalami penurunan tahunan sebesar 67 persen.
“Data yang kami himpun menunjukkan secara akumulasi, regional Asia Pasifik mengalami penurunan y-o-y sebesar 47 persen, sedangkan di regional Amerika Latin sebesar 55 persen dan di regional Eropa bahkan mencapai 56 persen,” ujarnya, Selasa (2/2/2021).
Dia menjelaskan pada dua bulan pertama 2020, pergerakan pesawat udara mengalami kenaikan dibandingkan dengan 2019. Setelah itu, terjadi proses penurunan pergerakan pesawat udara pada Maret 2020 ketika pandemi Covid-19 mulai menyebar di Indonesia.
Hal tersebut juga terjadi sejak adanya pembatasan pergerakan transportasi udara selama masa mudik Idul Fitri Tahun 1441 H dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19.
Dia memerinci AirNav Indonesia mencatat sepanjang 2020 terdapat penurunan pergerakan pesawat udara untuk rute domestik sebesar 40 persen dibandingkan dengan pada 2019. Sedangkan untuk pergerakan pesawat udara rute internasional, penurunannya mencapai 67 persen. Pergerakan pesawat udara lintas (overflying) juga mengalami penurunan sebesar 6 persen secara tahunan.
Baca Juga
Setelah Juni 2020, pergerakan pesawat udara mulai pulih meskipun perlahan. Grafik penaikan terus berlanjut hingga Desember 2020, dengan penurunan pergerakan pesawat udara menjadi 34 persen secara tahunan.
Grafik pergerakan pesawat udara yang berubah-ubah dengan pola yang tidak terprediksi ini mengindikasikan dampak luar biasa pandemi terhadap industri penerbangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
“Pada 2021 ini kami bersama dengan seluruh pemangku kepentingan industri penerbangan di tanah air optimis, industri penerbangan akan semakin pulih. Protokol kesehatan ketat akan terus kami terapkan dan kampanyekan secara konsisten untuk menumbuhkan stimulus positif di sektor transportasi udara, khususnya dalam layanan navigasi penerbangan," ujarnya.