Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Baku Seret, Manufaktur Masih Ekspansif

Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia dari IHS Markit periode Januari 2021 tercatat naik ke level 52,2, meski masalah rantai pasokan dan seretnya bahan-bahan menyebabkan biaya produksi melejit.
Ilustrasi benang. /Bloomberg-David Paul Morris
Ilustrasi benang. /Bloomberg-David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA — Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia dari IHS Markit periode Januari 2021 tercatat naik ke level 52,2, meski masalah rantai pasokan dan seretnya bahan-bahan menyebabkan biaya produksi melejit.

Ekspansi bulan pertama 2021 tersebut didorong oleh kenaikan permintaan baru yang menunjukkan konsumen mulai memulih.

Sementara masih berlangsungnya pandemi Covid-19 tetap membuat tingkat penurunan kapasitas terjadi. Alhasil, cadangan tetap tergerus dan perusahaan kembali mengurangi pekerjaan. Sementara itu, masalah rantai pasokan dengan kurangnya bahan-bahan menyebabkan kenaikan biaya produksi paling tajam sejak Oktober 2018.

Meski demikian, peningkatan pesanan baru mendorong kenaikan produksi pada awal tahun ini. Selain itu, tingkat pertumbuhan merupakan yang paling cepat kedua dalam sejarah survei, tepat di bawah rekor November.

Kepercayaan bisnis juga menguat pada Januari, dengan optimisme yang didorong oleh harapan akan berakhirnya pandemi dan pertumbuhan pesanan baru lebih lanjut. Faktanya, sentimen mencapai level tertinggi dalam empat tahun karena tiga perempat responden memprediksi naiknya output selama tahun mendatang.

Sementara pemulihan mulai berlangsung, tetapi tingkat gangguan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 tahun lalu masih diindikasi berlanjut dengan posisi pelaku industri yang menambah stok cadangan.

"Penumpukan pekerjaan kembali turun secara kuat. Pekerjaan juga terus menurun, meskipun penurunan tingkat susunan staf terkini merupakan yang paling rendah dalam periode penurunan 11 bulan saat ini," tulis survei tersebut.

Adapun waktu pengiriman dari pemasok juga menjadi lebih lama hingga tingkat yang paling lama sejak Mei 2020, dengan pembatasan karena Covid-19, masalah pengiriman dan kurangnya bahan baku mendorong penundaan pengiriman pada Januari.

Akhirnya, survei mendapati sejumlah perusahaan menaikkan biaya bahan baku yang lebih tinggi kepada konsumen mereka, yang mengakibatkan kenaikan harga output dalam tiga bulan berturut-turut. Walaupun demikian, upaya untuk menarik klien berarti bahwa tingkat inflasi masih tergolong sedang dan jauh lebih lemah daripada yangterlihat pada biaya input.

Aktivitas pembelian turun setelah stabilisasi pada akhir 2020, lagi-lagi terkait dengan sulitnya mencari bahan baku. Stok pembelian juga turun, tapi tingkat penurunan berkurang hingga ke tingkat marginal yang merupakan yang paling lemah pada periode penurunan 13 bulan saat ini. Pada akhirnya, stok barang jadi naik untuk pertama kali dalam tujuh bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper