Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyambut baik pelantikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada 20 Januari lalu. Menangnya Biden dalam kontestasi politik di negeri Paman Sam menjadi harapan bagi industri TPT.
Direktur Eksekutif Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI) Riza Muhidin melihat momentum terpilihnya Biden menjadi harapan baru bagi kebangkitan industri tekstil Indonesia. Stimulus ekonomi yang dijanjikan akan mempercepat pemulihan ekonomi Amerika sehingga pasar mereka terbuka untuk global. Joe Biden dikabarkan akan menggelontorkan stimulus ekonomi sebesar US$1,9 Triliun.
“Langkah Biden tepat untuk memperbaiki sektor ekonomi yang sudah lama dihantam oleh Covid-19. Stimulus ini diharapkan dapat memperbaiki ekonomi sehingga produk tekstil Indonesia dapat laris manis di pasar mereka,” katanya, Jumat (29/1/2021).
Saat ini industri TPT mencatat produk pakaian lokal cukup laku di pasar Amerika. Hal ini dibuktikan dalam data BPS realisasi ekspor RI ke AS meningkat dari US$1,6 miliar menjadi US$ 1,87miliar. Bahkan diproyeksi akan dapat meningkat lagi jika ekonomi cepat pulih.
Riza menambahkan, jika Amerika dapat menyerap pakaian RI seperti semula, ini akan menjadi angin segar bagi industri hulu. Sebab, industri hulu akan ada pertambahan produksi karena permintaan industri hilir mulai ada perbaikan.
“Momentum ini juga perlu dilihat oleh pemerintah. Harapannya Kementerian Perdagangan punya nilai tawar dengan pemerintah AS dibawah Joe Biden. Saya lihat Pak Lutfi punya kapasitas dan pengalaman di sana,” ucap Riza.
Baca Juga
Sejalan dengan hal tersebut, Analis Kebijakan Industri dan Perdagangan Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Farhan Aqil Syauqi mengatakan hal menarik dalam program yang ditawarkan Presiden ke-46 ini adalah program energi baru terbarukan dengan tujuan pengurangan energi bahan fosil.
“Menarik ketika Biden mengusulkan untuk menggunakan energi baru terbarukan. Industri tekstil biasanya memiliki pembangkitnya sendiri. Kalau ini dapat terealisasi dan mempengaruhi industri Indonesia dengan perjanjian bilateralnya maka pengeluarannya akan lebih hemat,” kata Aqil.
Hal ini sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang ditargetkan pemanfaatan energi baru terbarukannya mencapai 23 persen dari total energi nasional pada 2025.
Selain itu, industri TPT juga perlu memperhatikan penguatan dolar AS jika stimulus yang ditawarkan Joe Biden ini dapat berjalan dengan baik. Memang segala transaksi keuangan industri TPT sekarang masih bergantung pada dollar AS.
“Berbahaya juga jika pemulihan ekonomi AS tidak diimbangi oleh perbaikan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat berimbas pada harga bahan baku yang tidak diproduksi dalam negeri sehingga perlu diimpor,” tutur Aqil.