Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi /Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek/BRIN) memastikan pengembangan garam industri menjadi satu dari empat superprioritas riset dan inovasi nasional. Saat ini, pabrik mini berkapasitas 40.000 ton telah dibangun di Gresik.
"Sudah dibangun prototipe pertama di kota Gresik, yang mana pabrik garam terintegrasi ini berupaya meningkatkan kesejahteraan petani dengan memperbaiki kadar NaCL dari garam rakyat yang dihasilkan," ujar Menteri Ristek/Kepala BRIN Bambang P.S. Brodjonegero pada acara Rakornas Riset dan Inovasi 2021, Rabu (27/1/2021).
Bambang mengatakan bahwa garam produksi petani yang tadinya berkadar NaCL di bawah 90% ditingkatkan kualitasnya menjadi garam industri dengan kadar NaCL di atas 97%, yang berarti akan memberi revenue atau income kepada petani yang lebih baik, dengan harga yang lebih tinggi.
Selain itu, ada kepastian serapan atau off taker dari industri yang menggunakan garam industri.
Program pengembangan garam industri dilakukan oleh BPPT bekerja sama dengan PT Garam. Komisioning pabrik percontohan garam untuk industri tersebut telah dilakukan pada Desember 2019. Commisioning menandai dimulainyai integrasi peralatan produksi pengujian operasional pabrik garam tersebut.
Pabrik ini berkapasitas 40.000 ton per tahun, dan merupakan fasilitas terintegrasi dengan pabrik pengolahan hasil samping produksi dan limbat cair penggaraman.
Baca Juga
BPPT menyatakan pembangunan pabrik tersebut menyedot investasi Rp27 miliar. PT Garam berharap teknologi produksi garam industri dikembangkan juga di daerah lainnya, seperti Kupang, NTB, Sulawesi Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur, khususnya Madura.
Menristek Bambang berharap produk inovasi PT Garam dan BPPT akan mensubstitusi impor garam. Selain garam industri, program riset dan inovasi superprioritas Kementerian Ristek/BRIN lainnya adalah PUNA MALE Elang Hitam, Pesawat N219, dan Katalis Merah Putih.