Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor ke China Naik 10,10 Persen, Investasi Ikut Terkerek

Sepanjang tahun lalu, ekspor Indonesia ke China mengalami kenaikan. Pada saat bersamaan kinerja investasi asal China juga terus bergerak naik.
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekspor Indonesia ke China pada 2020 mencapai US$37,4 miliar, naik 10,10 persen dibandingkan dengan 2019. Peningkatan itu membuat defisit perdagangan dengan Negeri Panda turun hingga 68,96 persen pada 2020. Pada saat bersamaan kinerja investasi asal China juga terus bergerak naik.

Duta Besar Indonesia Untuk Republik Rakyat Tiongkok (RRT) merangkap Mongolia Djauhari Oratmangun mengatakan ekspor Indonesia selama 2020 mengalami peningkatan dibandingkan dengan ekspor 2019. Hal ini membuat Indonesia atas China selama kurun waktu 2020 menurun dibandingkan dengan tahun 2019.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Kepabeanan China, total nilai perdagangan Indonesia dengan negara ini pada 2020 senilai US$78,5 miliar. Nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$37,4 miliar, tumbuh 10.10 persen dibandingkan 2019. Di sisi lain, nilai impor Indonesia dari China pada tahun 2020 mencapai senilai US$41 miliar, turun sebesar 10,13 persen dibandingkan total nilai impor tahun lalu.

"Nilai ekspor Indonesia pada 2020 mengalami peningkatan signifikan. Pada 2019 nilai ekspor Indonesia jika dibandingkan negara anggota Asean berada pada peringkat kelima. Pada 2020 kita naik menjadi peringkat keempat,” katanya dalam keterangan resmi, Rabu (27/1/2021).

Djauhari menyebutkan meningkatnya nilai ekspor membuat defisit perdagangan Indonesia menyusut. Pada 2019, defisit perdagangan Indonesia dengan China US$11,7 miliar, sementara pada 2021 defisit menyempit senilai US$3,6 miliar.

Adapun, beberapa produk unggulan dan potensial yang mengalami peningkatan antara lain besi dan baja yang meningkat 134,3 persen; sarang burung walet meningkat 88,05 persen; kertas dan produk kertas meningkat 133,25 persen; kopi, teh, mate dan rempah-rempah meningkat 175.34 persen; alas kaki meningkat 19,75 persen; minyak atsiri, preparat wewangian, kosmetika meningkat 15,62 persen.

Selain itu terdapat juga produk keramik yang meningkat 53,08 persen; timah dan produk turunannya meningkat 544.07 persen; aluminium dan produk turunannya meningkat 2031,53 persen; buah tropis meningkat 73,8 persen; tembaga dan produk turunannya meningkat 56,5 persen; karet dan produk turunannya meningkat 50,02 persen.

Produk lain yang juga meningkat ialah produk olahan makanan meningkat 53,2 persen; plastik dan produk turunannya meningkat 42,3 persen; produk tekstil meningkat 1850,89 persen; produk minuman, alkohol dan cuka meningkat 126,6 persen; gula dan kembang gula meningkat 336,03 persen; kaca dan produk turunannya meningkat 33,3 persen; seng dan produk turunannya meningkat 88,5 persen; produk industri penggilingan meningkat 1824,3 persen, dan lainnya.

"Pada 2021 tentunya bersama-sama kita masih harus berjuang dan bekerja sama untuk terus meningkatkan ekspor produk bernilai tambah ke China, agar prestasi dan kinerja tahun 2021 bisa kita tingkatkan," tambahnya.

Merujuk pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), China menempati posisi kedua sebagai investor asing terbesar di Indonesia dengan realisasi investasi mencapai US$4,8 miliar pada 2020. Realisasi investasi itu naik tipis dibandingkan 2019 yang senilai US$4,7 miliar.

Djauhari menjelaskan angka investasi tersebut tidak termasuk realisasi investasi Hong Kong yang kembali menempati peringkat ketiga yakni senilai US$3,5 miliar pada 2020. Investasi Hong Kong itu meningkat dibandingkan 2019 yang senilai US$2,9 miliar.

Dia menjelaskan investasi tersebut melanjutkan tren peningkatan investasi China yang terjadi sejak 2016. Investasi asal China diprediksi akan terus bertambah sejalan dengan komitmen beberapa perusahaan besar yang telah menyatakan minat untuk masuk pada sektor energi baru.

“Jika sekiranya telah terealisasi akan berperan penting dalam kontribusi Indonesia terhadap industri pembangunan mobil listrik global,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Thomas Mola
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper